BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menganalisis karya fiksi yakni novel yang
berjudul Lelaki Bersorban Cinta ini menggunakan beberapa teori yang didalamnya
mencakup teori-teori strukturalisme. Dimana teori stukturalisme ini secara
etimologis, struktur berasal dari kata structura, bahasa latin, yang berarti
bentuk atau bangunan. Asal muasal strukturalisme dapat dilacak dalam poetica
Aristoteles, dalam kaitannya dengan tragedi, lebih khusus lagi dalam
pembicaraannya mengenai plot. Konsep plot harus memiliki ciri-ciri yang terdiri
atas kesatuan, keseluruhan, kebulatan dan keterjalinan (Teeuw, 1988:121-134).
Dimana dapat dijelaskan dalam teori strukturalisme bahwa hubungan karya sastra
dengan masyarakat, dengan teknologi informasi yang menyertainya, minat
masyarakat terhadap manfaat penelitian interdisiplin, memberikan pengaruh
terhadap
perkembangan teori sastra selanjutnya. Strukturalisme telah berhasil
untuk memasuki hampir seluruh bidang kehidupan manusia, dianggap sebagai salah
satu teori modern yang berhasil membawa manusia pada pemahaman secara maksimal.
Secara historis, perkembangan strukturalisme terjadi melalui dua tahap, yaitu:
formalisme dan strukturalisme dinamik. Meskipun demikian, dalam perkembangan
tersebut juga terkandung ciri-ciri khas dan tradisi intelektual yang secara
langsung merupakan akibat perkembangan strukturalisme.
Oleh
karena itu, akan hadir prinsip-prinsip
antarhubungan, strukturalisme semiotik, genetik dan naratologi. Dalam
strukturalisme konsep fungsi memegang peranan penting artinya unsur-unsur
sebagai ciri khas teori tersebut dapat berperan secara maksimal semata-mata
dengan adanya fungsi, yaitu dalam rangka menunjukkan antarhubungan unsur-unsur
yang terlibat. Sesuai dengan preposisi Durkheim (Jhonson,1988:168) mengenai
masyarakat, maka dalam karya, totalitas selalu lebih besar dan berarti dari
jumlah unsurnya. Kualitas karya dinilai dalam totalitasnya, bukan akumulasi
unsurnya. Menurut Craib (1994:177), variasi unsur dalam komunitas hubungan bisa
sama, tetapi variasi hubungan akan menghasilkan sesuatu yang sama sekali
berbeda. Sebagai teori modern mengenai sastra, tujuan pokok formalisme adalah
studi ilmiah tentang sastra, dengan cara meneliti unsur-unsur kesastraan,
puitika, asosiasi dan oposisi. Oleh karena itu, menurut Luxemburg, dkk.
(1984:35) formalisme dianggap sebagai peletak dasar ilmu sastra modern.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang terdapat dalam novel Lelaki Bersorban Cinta tersebut yaitu:
1.
Bagaimana
cara kerja alur sekuen dan episodik?
2.
Identifikasi
latar yang terdapat dalam novel Lelaki Bersorban Cinta tersebut dan tentukan latar umumnya!
3.
Tentukan
tokoh-tokoh dan karakter tokoh yang terdapat dalam novel Lelaki
Bersorban Cinta serta
hubungan antar tokohnya dan jelaskan
berdasarkan dengan data yang ada!
4.
Jelaskan
kode budaya yang terdapat dalam novel Lelaki Bersorban Cinta tersebut!
5.
Bagaimana
cara kerja struktur alur?
6.
Tentukan
jenis-jenis tokoh yang terdapat dalam novel Lelaki Bersorban Cinta tersebut?
1.3 Tujuan / Manfaat
Adapun
tujuan / manfaat yang dapt diambil dalam menganalisis novel yang berjudul
Lelaki Bersoban Cinta
adalah:
1.
Agar
kita mengetahui nilai-nilai sosial yang tentunya bersifat positif dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Agar
dapat mengetahui lebih jelas tentang teori strukturalisme yang digunakan pada
teknik analisis data.
3.
Untuk
mengetahui cara kerja alur sekuen dan episodik.
4.
Untuk
mengetahui kode budaya yang di terapkan dalam novel Lelaki
Bersorban Cinta.
BAB II
KAJIAN
PUSTAKA
2.1.
Alur
/ plot
Yang di maksud alur
atau plot adalah struktur gerak yang terdapat dalam fiksi atau drama, brooks (
dalam tarigan, 1984: 126 ). Pada prinsipnya, seperti juga bentuk – bentuk
sastra lainnya, suatu fiksi haruslah bergerak dari suatu permulaan ( beginning ) melalui suatu pertengahan (
middle ) menuju suatu akhir ( ending ). Yang dalam dunia sastra lebh dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan
resolusi ( taringan , 1984:126 ). Tiga bagian itu merupakan tahapan – tahapan
yang harus dijalani tokoh, dengan segala suasana dan peristiwa yang dialaminya.
Alur
disebut juga plot, yaitu
rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu
kesatuan yang padu, bulat dan utuh. Alur terdiri atas beberapa bagian berikut:
1.
Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya.
2.
Tikaian, yaitu terjadinya konflik di antara tokoh-tokoh
pelaku.
3.
Gawatan
atau rumitan, yaitu
konflik tokoh-tokohnya semakin seru.
4.
Puncak, yaitu saat puncak konflik di antara tokoh-tokohnya.
5.
Leraian, yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan
perkembangan alur mulai terungkap.
6.
Akhir, yaitu saat seluruh peristiwa atau konflik telah
terselesaikan.
Alur / plot
merupakan rangkaian yang bersifat logis dan kronologis yang membentuk konflik –
konflik berdasarkan hubungan sebab – akibat. Plot merupakan rangkaian peristiwa
yang disusun secara logis dan kronologis, saling berkait dan yang diakibatkan
atau dialami oleh para pelaku, Luxemburg ( dalam sugihastuti, 2007:35 – 36 ).
Alur merupakan unsur intrinsik dalam karya sastra yang merupakan kerangka dasar
yang sangat penting dalam sebuah cerita yang bersifat padu anatara cerita satu
dengan yang lain, antara peristiwa yang diceritakan lebih dulu dengan yang
kemudian saling berkaitan. Kaitan antara kedua peristiwa itu haruslah di
jelaskan secara jelas dan plot atau dalam sebuah cerita haruslah bersifat utuh
dan padu serta tidak membingungkan pembaca.
Dalam sebuah karya
sastra dalam hal ini novel, konflik merupakan unsur pembangun dalam sebuah alur
cerita. Jadi wajarlah kalau konflik dikatakan sebagai akibat atau esensi sebuah
novel. Kemampuan pengarang untuk membangun sebuah konflik melalui berbagai
peristiwa akan meningkatkan kadar kemenarikan cerita yang dihasilkan, misalnya
peristiwa – peristiwa manusiawi yang menegangkan, sensasiona, dan saling
berkaitan antara satu dengan yang lain, sehingga menyebabkan timbulnya konflik.
Konflik yang kompleks biasanya cenderung disenangi para pembaca dan menyita
perhatian sewaktu membaca karya tersebut.
Pada dasarnya orang
membutuhkan cerita tentang berbagai masalah hidup dan kehidupan manusia untuk
memenuhi kebutuhan batinnya dan memperkaya pengalaman jiwanya, dalam hal ini,
pengarang yang memiliki sifat peka kreatif dan menghayati kehidupan ini, secara
intensif menyadari kebutuhan tersebut, maka ia sengaja mengangkat sebuah cerita
dan menampilkan konflik – konflik yang berkaitan dengan hidup dan kehidupannya.
Dilihat dari ara penceritaannya, alur dibedakan menjadi
dua jenis (sugihastuti,2007:37 ) yaitu alur lurus dan alur tidak lurus atau
bersorot – balik (flash back ). Dalam alur flash – back ini masih
memungkinkanya adanya beberapa tekhnik pengaluran, backtracting ( menoleh kembali
), suspense ( tegangan ), dan foreshadowing ( membayangkan sesuatu )
2.2.
Latar/seting
Latar disebut juga setting,yaitu tempat atau waktu
terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar
atau setting di bedakan menjadi latar material dan
sosial. Latar material adalah lukisan latar belakang alam atau
lingkungan dimana tokoh tersebut berada. Latar sosial adalah lukisan
tatakrama tingkah laku, adat dan pandangan hidup.
Latar cerita berguna bagi sastrawan
berguna begi sastrawan dan pembaca. Bagi sastrawan latar cerita dapat digunakan
sebagai tempat untuk mengembangkan cerita. Latar certa dapat digunakan sebagai
penjelas tentang tempat, waktu, dan suasana yang dialami tokoh. Sastrawan bisa
menggunakan latar cerita sebagai symbol atau lambing bagi peristiwa maupun yang
telah, sedang, atau yang akan terjadi. Sastrawan juga dapat menggunakan latar
tema cerita untuk menggambarkan latar tokoh, suasana cerita atau atmosfer,
alur, atau tema ceritanya. Bagi pembaca, latar certa dapat membantu untuk
membayangkan tentang tempat, waktu, dan suasana yang dialami tokoh. Latar juga
bisa membantu pembaca dalam memahami watak tokoh, suasana cerita, alur, maupun
dalam rengka mewujudkan tema suatu
cerita.
Latar atau seting di
sebut juga sebagai lanadas tumpu, mengarah pada pengertian tempat, hubungan
waktu, dan lingkungan sosial, tempat terjadinya peristiwa – peristiwa yang
diceritakan, Abrams ( nurgiantoro, 1995 : 175 ). Kehadiran latar sebagai
pendukung terjadinya konflik dalam sebuah cerita baik rekaan maupun fakta itu
penting. Misalnya, konflik yang terjadi karna perbedaan status sosial yang
didukung oleh lingkungan alamnya akan menimbulkan kesan realistis kepada
pembacanya, sehingga akan merasa bahwa konflik itu seolah – olah ada dan benar
– benar terjadi. Keputusan pengarang untuk memilih latar dalam karyanya tak
terlepas dari pertimbangan terhadap konflik apa yang dikisahkan dalam karya
tersebut.
2.3.
Tokoh
Tokoh adalah pelaku
yang mengemban peristiwa dalam cerita rekan sehingga sehingga peristiwa yang
menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan yang manampilkan tokoh yang
disbut penokohan (Amunudin, 1984: 86) tokoh dalam karya rekan selalu mempunyai
sifat, sikap, tingkah laku atau watak-watak tertentu. Pemberian watak pada
tokoh suatu karya oleh sastrawan disebut perwatakan.
Tokoh ialah pelaku karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa
tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama adalah
tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis
tokoh adalah tokoh datar (flash character) dan tokoh bulat
(round character).
Tokoh
datar ialah tokoh
yang hanya menunjukkan satu segi, misalnya baik saja atau buruk saja, sejak
awal sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat
adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan
kelemahannya. Dari segi kejiwaan dikenal tokoh introvert dan ekstrovert.
Tokoh introvert adalah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan
oleh ketidaksadarannya, tokoh ekstrovert adalah pribadi tokoh
tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal juga tokoh
protagonis dan antagonis, protagonis ialah tokoh yang disukai
pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifanya. Antagonis adalah
tokoh yang tidak disukai pebaca atau penikmat sastra karena sifat-sifanya.
Dalam sebuah karya
sastra, tokoh merupakan komponen dalam ( unsur intrisik yang membngan cerita
rekan itu. Tokoh dalam karya sastra merupakan penjuang yang memperjuangkan
sesuatu, baik harta , masalah asmara,
religi, moral, sosial, dan lain-lain. Untuk mencapa tujuan tersebut, tokoh akan
bertemu dengan tokoh lain. Setiap tokoh akam
melakukan berbagai hal/tindakan yang berhubungan seiring dengan alur
ceritanya, baik secara sendiri maupun secara bersama-sama dengan tokoh yang
lain. Perjuangan seorang tokoh akan dianggap berhasil manakalah ia melampaui
atau mengatasi serta manklukan segala rintangan yang ada. Pada saat itu
tokoh-tokoh saling mempertahankan kepentingan diri dan hatinya. Disinilah
terjadi konflik yang pada akhirnya nasib tokoh telah ditentukan oleh penulis
diakhir cerita.
Nivel sebagai karya
kretif membutuhkan keaktifan pikiran dan ide-ide dari pengarangnya. Maka
bagaimana pengarang mencapai akhir cerita dan mengembangkan kehidupan tokohnya
tidak terlepas dengan keberadaaan konflik sebagai alur cerita. Oleh karena itu,
pengarang segaja menciptkan dunia cerita rekaan, dan mereka mempunyai kebebasan
penuh untuk menampilkan tokoh-tokoh ceritanya sesuka hatinya, siapapun
orangnya, apapun status sosialnya, bagaimanapun perwatakannya, dan konflik apa
yang dihadapinya. Jadi, penetapan konflik yang dialami setiap tokoh dalam
sebuah prosa rekaan dalam hal ini novel, merupakan penunjang daya tarik cerita
dan kesemuanya itu menunjukan betapa
kuatnya imajinasi pengarang untuk menghidupkan karyanya.
2.4.
Semiotik
Semiotic berasal dari
bahasa yunani semeion yang berarti tanda. Semiotik adalah cabang ilmu yang
berurusan dengan pengkajian tanda dengan segala Sesuatu yang berhubungan dengan
tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku dan penggunaan tanda
(zoest, 1993:1). Semiotik mempelajari
sistem – system, aturan – aturan, dan konvensi – konvensi yang memungkinkan
tanda – tanda tersebut mempunya arti. Ferdinand de seussure dikutip piling (2003:206) mendevinisikan semiotik
sebagai ilmu yang mengkaji tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial. Secara
implicit dalam definisi Saussure ada prinsip bahwa semiotika sangat menyadarkan
durinya pada aturan main (rule) atau kode sial (social kode) yang berlaku
didalam masyarakat sehingga tanda dapat dipahami maknayna secara kolektif. Pada
awalnya semiotic merupakan mempelajari setiap system tanda yang digunakan dalam
masyarakat manusia. Dengan kata lain, semiotic adalah ilmu yang menyelidiki
semua bentuk komunikasi yang berkaitan dengan makna tanda –tanda. Teeuw
(1982:50)mengatakan bahwa semiotic merupakan tanda sebagai tindak komunikasi.
Tokoh yang dianggap pendiri semiotic adalah dua orang yang hidup sezaman, ang
bekerja secara terpisah dan dalam lapangan yang tidak sama (tidak saling
mempengaruhi).tokoh semiotic itu adalah seorang ahli linguistic berkebangsaan
swiss,ferdinan de Saussure (1857-1913) dan seorang ahli filsafat
amerika,charles sanders peirce (1839-1914). Saussure menyebut ilmu itu dengan
nama semiologi sedangkan peirce menyebutnya dengan semiotic. Kedua istilah ini
mengandung pengertian yang persis sama,walaupun penggunaan salah satu dari
kedua istilah tersebut biasanya menunjukan pemikiran pemakainya.
Wardoyo (2005:1)
mengtakan semiotic is the science of signs. Masalahnya adalah bagainama tanda
(sign) dapat didefinisikan. Untuk dapat mengidentifikasi sebuah tanda (sign).
Dalam semiotic,tanda bisa berupa kata-kata,kalimat,atau gambar yang bisa
menghasilkan makna.
Dalam
hubungannya dengan tanda,Saussure mempunyai perana penting dalam
mengidentifikasikan sebuah tanda. Saussure dalam polliang (2003:90)menjelaskan
“tanda” sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari dua bidang seperti
halnya selembar kertas,yaitu bidang penanda (signified)untuk menjelaskan konsep
atau makna.
Teori
semiotik adalah di antara teori kritikan pasca modern yang penting dan banyak
digunakan kini. Ia memahami karya sastra melalui tanda-tanda atau
perlambangan-perlambangan yang ditemui di dalam teks. Teori ini berpendapat
bahawa dalam sesebuah teks itu terdapat banyak tanda dan pembaca atau
penganalisis harus memahami apa yang dimaksudkan dengan tanda-tanda tersebut.
Menurut Noth (ibid,11) ada empat
tradisi yang melatarbelakangi kelahiran semiotika, yaitu: semantik, logika, retorika
dan hermeneutika. Culler (1997:6) menyebutkan strukturalisme dan semiotika
sebagai dua teori yang identik, strukturalisme memusatkan perhatian pada karya
sedangkan semiotika pada tanda. Selden (1986:54) mengganggap strukturalisme dan
semiotik termaksud ke dalam bidan ilmu yang sama, sehingga keduanya dapat
dioperasikan secara bersama-sama. Untuk enemukan makna suatu karya, analisis
strukturalisme mesti dilanjutkan dengan analisis semiotika, demikian
sebaliknya. Secara definitif, menurut Paul Cobley dan Litza Janz (2002:4)
semiotika berasal dari kata seme, bahasa Yunani yang berarti penafsir
tanda, literatur lain menjelaskan bahwa semiotika berasal dari kata semeion,
yang berarti tanda. Dalam pengertian yang lebih luas, sebagai teori, semiotika
berarti studi sistematis mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana
cara kerjanya, apa manfaatnya bagi kehidupan manusia. kehidupan manusia
dipenuhi oleh tanda, dengan perantaraan tanda-tanda manusia dapat berkounikasi
dengan sesamanya, sekaligus mengadakan pemahaman yang lebih baik terhadap
dunia, dengan demikian manusia adalah homo semioticus.
Pemahaman awal terhadap gejala
yang berkaitan dengan tanda dapat ditelusuri dalam pkiran Plato dan Aristoteles
dalam pebicaraannya mengenai bahasa. Menurut Van Zoest (1993:1), semiotika
memperoleh perhatian yang lebih serius abad ke-18 sekaligus mulai menggunakan
istilah semiotika yaitu oleh J.H Lambert. Atas dasar ilmu ketandaan Halliday
(1992:4-5) menyebutkan semiotika sebagai kajian umum, dimana bahasa dan sastra
hanyalah salah satu bidang di dalamya.
Sementara itu,seorang
tokoh semiotic lain,Charles sanders peirce(1839-1914)mengemukakan pendapatnya
mengenai tanda. Menurut peirce,dalam pengertian tanda terdapat dua
prinsip,yaitu penanda(signifier) atau yang menandai dan petanda (signified)atau
yang merupakan arti tanda. Berdasarkan hubungan antra penanda dan petanda,
terdiri atas tiga jenis. Jenis-jenis tanda tersebut adalah ikon,indeks dan
symbol. Ikon adalah tanda yang memperhatikan adanya hubungan yang bersifat
alami antara penanda dan petandanya. Hubungan itu adalah hubungan persamaan.
Indeks adalah tanda yang menunjukan hubungan kalausa (sebab-akibat) antara
penanda dengan petandanya. Symbol adalah tanda yang tidak memiliki hubungan
alamiah antara petanda dengan penandanya,melainkan hubungan yang ada bersift
arbitrer, ketiga tanda tersebut merupakan peralatan semiotic yang
fundamental.
BAB III
METODE
3.1 Data Dan Sumber Data
Data yang
terdapat dalam analisis novel Lelaki Bersorban Cinta karya Najieb Kailani yaitu
data kualitatif merupakan data yang tidak merbentuuk angka yang diperoleh dari
rekaan, pengamatan, wacana atau bentuk tertulis.
Sumber data dalam
analisis ini adalah novel Lelaki Bersoban Cinta karya Najieb Kailaini yang
diterbitkan oleh Republikata Perum Graha Bunga Bintaro 1 No.22,
Jakarta-Indonesia,cetakan 1: 2010.
3.2
Teknis
Analisis Data
Data ini akan
dianalisis berdasarkakn pendekatan ( semiotic)
yaitu tanda (novel Lelaki Bersoban Cinta) sebagai karya-karya yang
otonomia tidak perlu dikaitkan dengan pembaca ataupun kenyataan disekitarnya.
Perhatiannya hanya difokuskan pada unsure karakter tokoh dalam novel Lelaki
Bersoban Cinta karya Najieb Kailani.Teknis analisis data dalam novel ini yang
pertama yaitu melakukan pembacaan pada novel kemudian menguraikan alur (seQuen
dan episode) latar (waktu dan tempat) keudian mengidentifikasi tokoh-tokoh
dalam novel tersebut.selanjutnyatokoh-tokoh itu dideskripsikan dengan kutipan
yang menunjukan karakter tokoh dan pemaparan kebahasaan pendeskripsian
dilakukan dengan dimulai dari tokoh utama, kemudian tokoh bawahan serta
menyimpulkan karakter masing-masng tokoh sebagai hasil akhir analisis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 ALUR
Alur
yang digunukan adalah alur maju karena ceritanya menceritakan dari awal sampai
akhir cerita yaitu mulai keberangkatn Irian dari kota Roma ke kota Dubai,sampai ia menikah di kota Dubai.
4.1.1
Alur Sekuen
-
Irian seorang musisi.
-
Irian meninggalkan kota Roma.
-
Irian meminta Soufia untuk menjadi istrinya
- Irian meninggalkan kekasihnya
-Irian
binggung harus berbuat apa
-
Irian mengijakkan kakinya di kota Dubai
-
Irian kaget melihat perempuan menutup kepalanya dengan kerudung
-
Irian bertemu Ali
-
Malam pertama Irian memainkan musik bersama grupnya.
-
pertemuan Shamsi dengan Irian.
-Irian
bergerak lincah memainkan oragen meniru lagu-lagu yang dibawakan penari.
-Irian
menari nari bersama Shamsi
-Irian
menulis surat kepada ayahnya.
-
Pemandangan asing yang bagi Irian sangat menarik hati.
-Irian
mencitai Shamsi
-Rasa
cemburu Irian terhadap Shamsi.
-
Irian merasakan sedih hatinya.
-
Perdebatan yang terjadi antara Shamsi dengan Irian
- Irian mengajak Shamsi menikah
-
Perbedaan agama antara Irian dengan shamsi.
-
Irian bertanya tentang islam.
-
Demi Shamsi Irian rela meninggalkan agamanya.
-
Keyakinan Irian mencari kebenaran.
-
kemantapan hati Irian untuk berpindah agama.
-
Perdebatan antara Irian dengan benetou.
-
Irian mendengar kabar tentang seorang yang sudah termasyur ilmu keislamannya.
-
Irian bertemu dengan Syaikh Iedul housaini
-
Permulaan irian mempelajari agama islam
-
Keheranan Irian terhadap agama islam.
-
Ajaran dan nasehat shaikh terhadap Irian
-
Irian tiba di penginapan.
-Irian
dalam posisi sulit.
-
Irian jengkel dan marah pada Shaqar.
-
Keseriusan Irian dalam membaca buku tentang kebenaran islam.
- Kedatangan Shamsi dan Shaqar membuat Irian
mengangkat pandangannya dari buku.
-
Ajakan Shamsi terhadap Irian untuk ke perkebunan.
-
Kemantapan Irian dalam memeluk agama islam.
-
Irian mengganti namanya menjadi Abdoulla Carlou.
-
Kedatangan soufia di kota Dubai.
-
Pertengkaran Soufia dengan Soufia.
-
Perjanjian antara Soufia dengan Benetou.
-
Pertemuan Irian dengan Maishun.
-
Kebahagian yang dirasakan oleh Irian.
-
Pembunuhan Irian.
-Terungkapnya
Peristiwa pembunuhan Irian.
-
Benetou sebagai Pelaku pembunuhan Irian.
-
Irian sembuh dari sakitnya.
-
Irian melanjutkan dakwanya ke India.
4.1.2 Episodik
-
Irian melupakan Soufia karena bertemu dengan shamsi.
-
Irian berpindah agama karena ingin menikah dengan Shamsi.
-Soufia
bertengkar dengan Shamsi karena memperebutkan Irian.
-Irian
berdebat dengan Benetou karena Irian memilih masuk agama islam.
-
Irian mengganti nama menjadi Abdoullah carlous karena telah masuk islam.
-
Abdoullah di bawa di rumah sakit karena di tusuk oleh seseorang.
4.1.3 Struktur Alur
a.
Perkenalan
Irian
adalah seorang musisi dari Italia, ia seorang non muslim, Irian mencintai
Soufia tetapi setelah bertemu dengan Shamsi perasaannya hilang terhadap Soufia.
Irian rela meninggalkan agamanya demi menikah dengan Shamsi yang seorang
penari. Tetapi Shamsi tidak langsung menerima cinta Irian. Karena keteguhan
Irian dalam mengambil keputusan, ia bersungguh-sungguh mempelajari dan ingin
tentang Islam, setelah itu dia masuk dalam agama islam dan begitu fanatik,
sehinggah perasaan cintanya hilang terhadap Shamsi. Kemudian menikah dengan
Maishun atas Nasehat Syaikh Iedul
Housaini.
b.
Konflik
Konflik
yang terdapat dalam novel Lelaki Bersorban Cinta adalah saat Irian mencintai
Shamsi dan ingin memperistrikan Shamsi, yang berbeda keyakinan.
c.
Klimaks
Shamsi
menolak menikah dengan Irian, karena berbeda keyakinan. Contohnya perempuan
muslim tidak boleh menikah dengan lelaki non muslim. Demi cinta Irian terhadap
Shamsi begitu besar, Irian rela pindah agama agar dapat menikah dengan Shamsi.
Sehingga menimbulkan perselisihan antara Irian dengan Benetou, Shamsi dengan
Soufia.
d.
Lerai
Irian
masuk agama islam dengan keyakinan yang kuat tanpa ada paksaan dari siapaun dan mengganti nama
menjadi Abdoullah Carlou.
e.
Penyelesaian
Irian
menikah dengan Maishun dan hidup bahagia, kemudian Irian terus berdakwa sampai
di India
4.2 Latar
Latar yang terdapat dalam novel
“Lelaki Bersorban Cinta” karangan Najieb Kailani yaitu latar tempat, latar
waktu dan latar sosial budaya.
4.2.1 Latar tempat
-
Italia
-
Timur
-
Kota Dubai
-
Di jalan
-
Di toko-toko
-
Di kantor
-
Di Bandara
-
Eropa
-
Penginapan
-
Panggung
-
Di kamar
-
Di Masjid Agung
-
Di Afrika
-
Perkebunan
-
Arab Saudi
-
Di Australia
-
Dalam mobil
-
Di rumah sakit
-
Di pantai
4.2.3Latar
waktu
-
Sabtu malam
-
Hari minggu
-
Harai jumat
-
Esok hari
-
Sore
-
Hari ini
-
Larut malam
-
Seratus tahun
-
Besok
-
Suatu hari
-
Siang
-
Beberapa bulan
-
Kemarin
-
Tengah malam
-
Subuh
-
Lima tahun
4.2.3 Latar sosial budaya
Sosial budaya yang di gunakan dalam novel “Lelaki
Bersorban Cinta” adalah Perempuan yang
muslim tidak bisa menikah dengan laki-laki yang non muslim terkecuali salah
satunya berpindah agama.
4.3 Tokoh
4.3.1 Identifikasi tokoh
-
Irian (Abdoullah corlou)
-
Soufia
-
Corlou (ayah)
-
Ibu
-
Ali
-
Shamsi
-
Shaqar
-
Syaikh Jalaluddin
-
Benetou
-
Muhammad Deedat
-
Syaikh Iedul Housaini
-
Maishun
4.3.2
Hubungan
antar tokoh
-
Irian berhubungan dengan Soufia, Ayah,
Ibu, Ali, Shamsi, Shaqar, Syaikh Jalaluddin, Benetou, Mhammad Deedat, Syaikh
Iedul Housaini, Maishun.
-
Soufia berhubungan dengan Shamsi, Benetou.
-
Shamsi berhubungan dengan Ali,
shaqar.Benetou.
-
Maishun berhubungan dengan Ayah, Syaikh
Iedul Housaini.
4.3.3
Karakter Tokoh
-
Irian
: Lelaki halus perasaannya,
romantis, musisi, bak tegas, taat beragma,ia adalah orang yang tenang dan pandai
mengatasi masalah grogi.
-
Soufia : Wajahnya cantik dan teramanat
menyenangkan, tetapi sangat disayangkan
ia tida pernah berpikir kecuali hanya untuk memenuhi hasrat jalan-jalan,
berpoya-poya, penghasut.
-
Shamsi : wajahnya merah merona menggoda,
kedua pelupuk matanya hitam, postur tubuhnya tinggi semampai,seorang penari
yang rambutnya panjang, baik, seorang muslimah karena keturunan.
-
Shaqar : seorang pedagang besar,
wajahnya tampan, gagah dengan senyuman yang selalu melekat dibibirnya, dan
selalu memamerkan apa yang dia miliki, tetapi memiliki sifat baik.
-
Ayah (Carlou) : seorang postur yang tegas pada pendiriannya,
dan seorang non muslim yang taat beragama.
-
Ibu : penyayang, baik.
-
Ali : salah seorang pemandu
dipenginapannya,setia baik, jujur dan dapat dipercaya.
-
Syaikh Jalaluddin ia seorang imam di
Masjid Agung.
-
Benetou : penghinat, jahat.
-
Muhammad Deedat : seorang pendiri sebuah
majelis diskusi di Inggris.
-
Syaikh Iedul Housaini : ia memiliki
paras yang putih memakai sorban,
berjenggot tebal dan panjang, matanya yang jernih, baik, taat beragama
dan mengamalkan.
-
Maishun : seorang guru asli suria,taat
pada tuhannya dan selalu menjaga perilaku agamanya, baik, cantik pula, gadis
yang periang,manis, lembut perasaannya,pencemburu.
4.4 Kode Budaya
Perbedaan
agama masih berlaku dalam hubungan contohnya perempuan muslim tidak bisa menikah dengan laki-laki non
muslim terkecuali mengikuti salah satu
agamanya.
BAB
V
Penutup
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat
diambil dari pembahasan adalah sebagai berikut:
1.
Setiap
tokoh dalam novel tersebut memiliki karakter yang berbeda-beda.
2.
Latar
sosial yang terdapat dalam novel tersebut adalah menggambarkan kesungguhan
seseorangmencintai dan rela berkorban demi orang yang dicintainya.
3.
Novel
tersebut menggunakan alur maju, dimana dapat dilihat melalui alur sekuen bahwa
ceritanya terurut dari awal sampai akhir.
4.
Kode
budaya yang terdapat dalam novel tersebut menggambarkan larang
menikah dikarenakan berbeda keyakinan.
5.2 Saran
Dalam penulisan analisis novel yang berjudul Lelaki
Bersorban cinta ini,
penulis sadar bahwa masih banyak terdapat kesalahan. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan saran, kritik dan masukan yang sifatnya mendukung dari pembaca
demi kelancaran penulisan analisis novel selanjutnya.
No comments:
Post a Comment