Thursday, July 12, 2012

Makalah Biologi: Annelida


I.  PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Annelida yang sering juga di sebut Annulata adalah cacing yang bersigmen, hidup dalam air tawar, air laut, dan di darat.  Beberapa di antaranya hidup sebagai parasit.  Pada annelida terdapat selom, yang oleh septum-septum transversal di bagi menjadi kopartemen-kompartemen.  Hewan-hewan itu mempunyai sistem digesti, saraf, eksresi, dan reproduksi yang majemuk.  Sistem-sistem tersebut biasanya bersifat mata merik baik seluruhnya atau sebagian.  Sistem perototan biasanya diataur segmental.  Sebagian besar annelida mempunyai sistem pembuluh yang di dalamnya terdapat darah yang bersikulasi.  Hewan-hewan itu bersifat diesius atau hermafrodit, walaupun pada beberapa jenis terjadi reproduksi aseksual.  Kebanyakan annelida menghasilkan larva yang bersilia dan disebut larva trokofor.  (Brotowidjoyo, 2001)   
Phylum Annelida mencakup berbagai jenis cacing yang mempunyai ruas-ruas sejati, seperti Nereis, cacing tanah dan lintah. Berasal dari bahasa latin “annelus” berarti cincin kecil-kecil dan “oidos” berarti bentuk, karena bentuk cincin seperti sejumlah besar cincin kecil yang diuntai. Terdapat di laut, air tawar, dan darat. Ciri khas phylum Annelida ialah tubuh yang terbagi menjadi ruas-ruas (segment) yang sama baik di bagian luar maupun bagian dalam kecuali saluran pencernaan dan tersusun sepanjang sumbu antero-posterior.  Pada metamerisma yang sempurna.  Semua organ pembuluh darah, syaraf, alat ekskresi dan gonad terdapat pada tiap ruas.  Segmentasi pada Annelida tidak hanya membagi otot dinding tubuh saja melainkan juga menyekat rongga tubuh ataucoelom dengan sekatan yang disebut septum, jamak septa.  Tiap septum terdiri atas dua lapis periotoneum, masing-masing berasal dari ruas di muka dan dibelakangnnya   (Aslan  dkk.,2007).
  Phylum Annelida terdiri dari sekitar 75.000 spesies, meliputi 3 kelompok besar, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan Harudinea, serta dua kelompok kecil, yaitu Aeolosamata, dan Branchiobdella. (Suwignyo dkk., 2005).
Polychaeta adalah kelompok hewan invertebrata terbesar, yaitu sekitar 8000 spesies, kelompok terbesar ditemukan di laut.  Bentuk yang khas dari polychaeta adalah bentuk tubuhnya yang beruas-ruas dan setiap ruasnya terdapat sepasang parapodia.  Jenis cacing polychaeta umumnya banyak ditemui di daerah pantai, beberapa jenis hidup di bawah batu, dalam lubang dan liang di dalam batu karang, dalam lumpur dan lainnya hidup dalam tabung yang terbuat dalam bahan.  Cacing laut (Nereis sp.)  merupakan salah satu jenis  spesies dari kelas polycheata yang memiliki potensi cukup besar untuk dikembangkan karena jenis cacing ini tergolong ekonomis penting karena mempunyai nilai jual yang cukup tinggi. (Romimohtarto dan Juwana, 2001).
Berdasarkan hal yang disebutkan diatas, maka dilaksanakan praktikum phylum annelida agar para praktikan dapat mengetahui secara langsung contoh-contoh spesies dari phylum annelida.  Dimana pada praktikum kali ini organisme yang akan menjadi bahan pengamatan adalah cacing tanah dan cacing laut.
  

B.     Tujuan dan Kegunaan
 Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.  Untuk melihat secara langsung tentang morfolgi dan anatomi phylum Annleida darat dan laut.
2.  Dapat membedakan Annelida darat dan Annelida laut.
3.  Untuk mengetahui peranan Annelida yang penting bagi perikanan.
Kegunaan dari praktikum ini adalah praktikan dapat melihat secara langsung contoh-contoh spesies dari phylum annelida, dapat menggambarkan morfologinya, serta dapat mengetahui peranan spesies tersebut bagi perikanan.


 II.  TINJAUAN PUSTAKA
A.  Klasifikasi
1. Cacing Laut (Nereis sp.)
Gambar 12.   Morfologi Cacing Laut (Nereis sp.)
Klasifikasi cacing laut (Nereis sp.) menurut Suwignyo dkk. (2005) adalah :
Kingdom    :  Animalia
        Phylum       :  Annelida
                 Kelas     :  Polychaeta
`                         Sub kelas   :  Errantia
        Famili   :  Nereidae
                                                    Genus  :  Nereis                          
 Spesies  : Nereis sp.

                                                       
2. Cacing Tanah (L. Terestris)
Gambar 13. Morfologi Cacing Tanah (L. Terestris)                      
Klasifikasi cacing laut (L. terestris) menurut Suwignyo dkk. (2005) adalah :
Kingdom    :  Animalia
         Phylum   :  Annelida
    Kelas     :  Clitellata
                                  Sub kelas  :  Oligochaeta
                                          Ordo      :  Haplotaxida
                                                 Sub ordo  :  Lumbricina
                                                         Famili   :  Lumbricidae          
                                                                 Genus   :  Lumbricus           
                                                                          Spesies   : Lumbricus terestris




2.2.  Morfologi dan Anatomi
        Bentuk morfologi dan anatomi pada cacing laut sangat beragam.  Umumnya berukuran 5-10 cm dengan diameter 2-10 mm.  Pada tiap sisi lateral ruas tubuhnya kecuali kepala dan bagian ujung posterior,  terdapat sepasang parapodia dengan sejumlah besar setae yang terdiri atas notopodium dan neuropodium, masing-masing disangga oleh sebuah batang khitin yang disebut acicula.  Pada notopodium terdapat cirrus dorsal dan pada neuropodium terdapat cirrus ventral.  Bentuk parapodia dan setae pada setaip jenis tidak sama.  Pada prostomium terdapat mata, antena dan sepasang palp (Suwignyo  dkk., 2005).

2.      Cacing tanah (L. terestris)
  Pada umumnya jumlah ruas tidak tetap, bervariasi sekitar 25%. Ruas-ruas tubuh cacing dewasa dapat di katakan sama bentuk dan ukurannya, kecuali bagian anterior dan poterior  Setengah dari ruas ujung  paling anterior  merupakan prostomium , yang adakalanya memanjang seperti belali.   Jumlah ruas atau somit pada cacing dewasa antara 115-200 buah, ruas pertama adalah prostomium yang mengandung mulut, dan ruas terakhir terdapat anus.  Pada tiap ruas terdapat 4 rumpun setae, 2 rumpun pada dorso-lateral dan 2 rumpun pada ventro-lateral(Aslan  dkk., 2007). 


C.    Habitat dan Penyebaran
Cacing laut (Nereis sp.) banyak ditemui di pantai, sangat banyak terdapat pada pantai cadas, paparan lumpur dan sangat umum ditemui di pantai pasir.  Beberapa jenis hidup di bawah batu, dalam lubang lumpur dan liang di dalam batu karang, dan ada juga yang terdapat pada air tawar  sampai 60 km dari laut, seperti di Bogor.  Cacing tanah (L. terestris)  kebanyakan terdapat di air tawar, beberapa di air tawar , di laut, air payau dan darat.  Jenis akuatik umumnya terdapat pada daerah dangkal yang kurang dari 1 m, beberapa membuat lubang dalam lumpur, atau sebagai aufwuchus pada tumbuhan air yang tenggelam, adapula yang membuat selubung menetap atau yang dapat dibawa-bawa (Suwignyo  dkk.,2005).

D.  Reproduksi dan Daur Hidup
Reproduksi pada Cacing laut (Nereis sp.), terjadi baik secara aseksul maupun seksual.  Reproduksi seksual terjadi dengan cara pertunasan dan pembelahan, namun kebanyakan hanya  melakukan reproduksi secara seksual  saja dan biasanya pada dioecious.  Pada dasarnya hampir semua menghasilkan gamit, namun pada beberapa jenis hanya beberapa ruas saja.  Pada beberapa jenis cacing dengan gamit yang telah matang akan berenang menjadi cacing pelagis, setelah tubuhnya koyok-koyok dan gamit berhamburan di air laut maka cacing tersebut mati, pembuahan terjadi di air laut (Suwignyo  dkk., 2005) 
Cacing tanah adalah hermafrodit dengan alat kelamin jantan dan betina pada bagian ventral atau ventro lateral.  Cacing dewasa kelamin ditandai dengan adanya klitelium (seperti cincin atau pelana berwarna muda mencolok melingkari tubuh sepanjang segmen tertentu) pada umur 2,5 bulan.  Untuk menghasilkan telur fertil, cacing harus mencari pasangan  dansalng menukar sperma yang akan membuahi sel telur.  Pembuahan akan terjadi dalam masing-masing lubang kelamin betina.  Setelah pembuahan, sepanjang permukaan klitelium akan mengeluarkan lendir yang akan mengeras dan bergerak ke belakang terdorong oleh gerak maju cacing.  Pada saat melewati lubang kelamin betina, telur-telur yang sudh dibuahi akan masuk ke dalam selubung kokon tersebut.  Kokon yang diletakkan pada kondisi lingkungan yang cocok akan menetas dalam 14-21 hari.  Jumlah telur dalam kokon beragam, biasanya lebih dari 10butir.  Tergantung spesies, cacing dewasa  mampu menghasilkan lebih dari 2 kokon setiap 5-10 hari.  Perhitungan kasar menunjukkan setiap 100 cacing dewasa dalam kurun waktu satu tahun dapat menghasilkan 100.000 cacing    (Anonim, 2006).

E.  Makanan dan Kebiasaan Makan  
Cara makan Cacing laut (Nereis sp.) bermacam-macam sesuai dengan kebiasaan hidupnya, karnivora, omnivora, herbivora dan adapula yang memakan detritus.  Pemakan endapan secra langsung maupun tidak  langsung, secara langsung dengan menelan pasir dan lumpur dalam lorongnya (sarangnya).  Mangsa terdiri dari berbagai  avertebrata kecil, yang ditangkap dengan pharynx atau probosis yang dijulurkan.    Umumnya Cacing tanah (L. terestris)  mendapat makanan dengan cara menelan substrat, dimana bahan organik yang melalui saluran pencernaan akan dicerna,  kemudian tanah beserta sisa pencernaan dibuang melalui anus.  Adakalanya makanan itu terdiri dari ganggang filamen, detritus atau diatom (Aslan  dkk., 2007).
F.  Nilai Ekonomis
Cacing polychaeta merupakan makanan alami yang baik bagi udang windu (Peneaeus monodon)  di tambak, menjadikan warna udang lebih cemerlang sehingga menigkatkan mutu dan nilai jual udang tersbut (Aslan  dkk., 2007).
Dalam bidang pertanian, cacing menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dalam struktur tanah.  Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik.  Keberadaan cacing tanah akan menigkatkan populasi mikroba  yang menguntungkan tanaman.  Selan itu juga cacing tanah dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak karena kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi.  Cacing juga merupakan sumber protein yang berpotensi untuk dimasukkan sebagai bahan makanan manusia seperti halnya daging sapi atau ayam, Cacing dapat diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit dan bahan baku pembuat lipstik (Anonim, 2007).






III.  METODE PRAKTIKUM
A.  Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 3  November 2008 pukul 15.00 – 17.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Dasar C Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Haluoleo. Kendari.

B.     Alat dan Bahan
         Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat di lihat pada tabel 3.
Tabel 3. Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum phylum Annelida           beserta kegunaannya.
No 
        Alat dan Bahan
               Kegunaan
A.
 1.
 2.
 3.
 4.
B.
 1.
 2.
Alat :
Baki (Disseting - pan)
Pisau (Scapel)
Alat tulis/buku gambar
Kain lap
Bahan :
Cacing tanah (L. terestris
Cacing laut (Nereis sp.)

Tempat meletakkan objek.
Memotong bagian yang diamati.
Menulis dan menggambar objek yang diamati.
Membersihkan meja praktikum.

Sebagai objek yang diamati.
Sebagai objek yang diamati.







C.    Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut :    
1.  Menyediakan organisme Cacing laut (Nereis sp.) dan Cacing tanah (L. terestris).  2.  Melakukan pengamatan di Laboratorium dan menggambar bentuk morfologinya.

















IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum ini adalah sebagai berikut:
1.  Pengamatan pada Cacing Tanah (L. Terestris)
                                                                                                 Keterangan :
1.      Mulut
2.      Prostomium
3.      Lubang reseptakel
4.      Lubang kelamin betina
5.      Clitellum
6.      Lubang kelamin jantan
7.      Setae
8.      Anus
        Gambar 14.  Morfologi Cacing Tanah (L. terestris
2.  Pengamatan pada Cacing Laut (Nereis sp.)
             `                                                                                    Keterangan:
1.      Mulut
2.      Tentakel
3.      Mata
4.      Pristomium
5.      Prostomium
6.      Parapodia
7.      Setae
8.      Anus
        Gambar 15.  Morfologi Cacing Laut (Nereis sp.)
B.     Pembahasan
Dari pengamatan yang telah dilakukan telah diketahui bentuk morfologi dari cacing tanah (L. terestrisspesies kelas oligochaeta dan cacing laut (Nereis sp.) spesies kelas polychaeta.  Sedangkan pengamatan terhadap anatomi tubuh dari setiap organisme tersebut tidak dilakukan pada praktikum kali ini.  Melalui hasil pengamatan ternyata kedua spesies dari phylum Annelida ini bentuk morfologinya tidak jauh berbeda, tubuhnya ditutupi oleh katikula dan bersegmen-segmen.  Mulut terdapat pada segmen tubuh yang pertama dan anus terdapat pada segmen terakhir.
Pada pengamatan cacing tanah  (L. terestris)   nampak bentuk morfologinya yaitu prostomium, klitelum, setae, mulut, segmen, dan anus. Menurut Suwignyo dkk. (2005)  bahwa bagian-bagian tersebut memiliki fungsi masing-masing diantaranya mulut berfungsi untuk membantu menangkap mangsa.  Prostomium berfungsi sebagai tempat melekatnya organ tubuh bagian luar.  Klitelum merupakan epidermis yang menebal dan menutupi ruas-ruas reproduktif, terutama bagian dorsal sehingga bentuknya seperti pelana kuda yang berfungsi sebagai pembungkus telur pada saat terjadi perkawinan/pembuahan.  Anus berfungsi sebagai tempat keluarnya zat sisa atau kotoran-kotoran yang sudah tidak dibutuhkan lagi di dalam tubuh cacing tersebut.  Pada cacing tanah bergerak menggunakan setae untuk mencengkram atau membantu proses perkawinan.
Pada pegamatan Cacing laut (Nereis sp.) nampak bentuk morfologinya yaitu tentakel prostomial, tentakel peristomial, palpus, mata, prostomium, setae, somit, parapodium, rahang, faring dan anus.  Menurut pernyataan Aslan dkk. (2005) bahwa mata pada cacing laut (Nereis sp.) berfungsi sebagai fotoreceptor.  Setae pada tiap jenis berbeda, sehingga biasa dipakai sebagai identifikasi jenis-jenis polychaeta.  Rahang digunakan untuk memotong ganggang.  Anus digunakan untuk mengeluarkan partikel mineral bersama dengan sisa-sisa pencernaan.  Faring digunakan untuk menangkap mangsa yang biasanya terdiri dari avertebrata kecil.  Parapodium selain berfungsi sebagai alat gerak juga berfungsi sebagai alat pernafasan bantuan.  Prostomium sebagai alat pertukaran gas, jadi semacam insang.  Tentakel berfungsi untuk mendeteksi makanan dan lingkungan.
Dari struktur tubuh bagian luar, kita dapat melihat perbedaan antara cacing tanah (L. terestris)  dan cacing laut (Nereis sp.).  Hal ini sesuai pernyataan Suwignyo dkk., (2005) bahwa pada cacing tanah (L. terestris)  terdapat klitelum yang merupakan epidermis yang menebal dan menutupi ruas-ruas reproduktif sedangkan pada cacing laut (Nereis sp.) tidak terdapat klitelum, selain itu juga kita dapat melihat perbedaannya dimana  pada bagian kepala cacing laut (Nereis sp. )  terdapat tentakel prostomial dan tentakel peristomial sedangkan pada cacing tanah tidak terdapat tentakel.  Perbedaan lain yang dapat dilihat juga yaitu pada Annelida laut memiliki setae yang banyak yang melekat pada parapodia sedangkan pada Annelida darat jumlah setae sedikit yang melekat langsung pada bagian tubuh.

V.  KESIMPULAN DAN SARAN
A.  Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.   Dilihat dari hasil pengamatan bahwa morfologi pada cacing tanah (L.terestris) terdiri dari prostomium, klitelum, setae, mata, mulut, segmen dan anus sedangkan pada cacing laut (Nereis sp.) nampak bentuk morfologinya yaitu rahang, faring, tentakel prostomial, tentakel peristomial, setae, segmen, anus, prostomium, palpus, mata dan parapodium.
2.   Perbedaan Annelida darat dan Annelida laut yaitu pada Annelida darat terdapat klitelum  sedangkan pada Annelida laut tidak terdapat klitelum, selain itu juga pada Annelida laut terdapat  tentakel yang terletak di bagian kepala sedangkan pada Annelida darat  tidak  terdapat  tentakel.  Perbedaan lain yang dapat dilihat juga yaitu pada Annelida laut  memiliki setae yang banyak yang melekat pada parapodia sedangkan pada Annelida darat jumlah  setae sedikit yang melekat langsung pada bagian tubuh.

B.  Saran       
Sebagai praktikan sangat mengharapkan kepada teman-teman agar pada saat kita melakukan pengamatan semuanya terfokus pada apa yang diamati, dan melaksanakan kegiatan sesuai yang ditentukan. 


DAFTAR PUSTAKA
Anonim.  2006.  Budidaya Cacing Tanahhttp://warintek.bantul.go.id/web.php?
Anonim.  2007.  Upaya Komersialisasi Cacing Tanah.  http://agribisnis.tripod.com-cacing. Jpg&imgreful.

Aslan, dkk., 2005.  Bahan Ajar Avertebrata air.  Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo.  Kendari.

Aslan, dkk.,  2007.  Penuntun Praktikum Avertebrata air.  Fakultas Perikanan dan   Ilmu Kelautan.  Universitas Haluoleo.  Kendari.

Brotowidjoyo, 2001.  Zoologi Dasar.  Erlangga.  Jakarta.     

Romimohtarto dan Juwana.  2001.  Biologi Laut.  Djambatan.  Jakarta.

Romimohtarto.  2007.   Biologi Laut.  Djambatan.  Jakarta.

Suwignyo, S. dkk.  2005.  Avertebrata air.  Penebar Swadaya.  Jakarta.

2 comments: