Sunday, July 8, 2012

BOBROKNYA MORAL MANUSIA YANG BERPENDIDIKAN TINGGI


NI KADEK SEPRIANI



Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Mengenyam pendidikan pada institusi pendidikan formal yang diakui oleh lembaga pendidikan negara adalah sesuatu yang wajib dilakukan di Indonesia. Mulai dari anak tukang sapu jalan, anak tukang dagang martabak mesir, anak tukang jambret, anak pak tani, anak bisnismen, anak pejabat tinggi negara, dan sebagainya harus bersekolah minimal selama 9 tahun lamanya hingga lulus SMP.
Manfaat dan Fungsi Belajar di Sekolah dan di Perguruan Tinggi :

1.   Melatih Kemampuan Kemampuan Akademis Anak (Biar Pintar)
Dengan melatih serta mengasah kemampuan menghafal, menganalisa, memecahkan masalah, logika, dan lain sebagainya maka diharapkan seseorang akan memiliki kemampuan akademis yang baik. Orang yang tidak sekolah biasanya tidak memiliki kemampuan akademis yang baik sehingga dapat dibedakan dengan orang yang bersekolah. Kehidupan yang ada di masa depan tidaklah semudah dan seindah saat ini karena dibutuhkan perjuangan dan kerja keras serta banyak ilmu pengetahuan.
2.   Menggembleng dan Memperkuat Mental, Fisik dan Disiplin
Dengan mengharuskan seorang siswa atau mahasiswa datang dan pulang sesuai dengan aturan yang berlaku maka secara tidak langsung dapat meningkatkan kedisiplinan seseorang. Dengan begitu padatnya jadwal sekolah yang memaksa seorang siswa untuk belajar secara terus-menerus akan menguatkan mental dan fisik seseorang menjadi lebih baik.
3.   Memperkenalkan Tanggung Jawab     
Tanggung jawab seorang anak adalah belajar di mana orangtua atau wali yang memberi nafkah. Seorang anak yang menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik dengan bersekolah yang rajin akan membuat bangga orang tua, guru, saudara, famili, dan lain-lain.

4.   Membangun Jiwa Sosial dan Jaringan Pertemanan
Banyaknya teman yang bersekolah bersama akan memperluas hubungan sosial seorang siswa. Tidak menutup kemungkinan di masa depan akan membentuk jaringan bisnis dengan sesama teman di mana di antara sesamanya sudah saling kenal dan percaya. Dengan memiliki teman maka kebutuhan sosial yang merupakan kebutuhan dasar manusia dapat terpenuhi dengan baik.
5.   Sebagai Identitas Diri
Lulus dari sebuah institusi pendidikan biasanya akan menerima suatu sertifikat atau ijazah khusus yang mengakui bahwa kita adalah orang yang terpelajar, memiliki kualitas yang baik dan dapat diandalkan. Jika disandingkan dengan orang yang tidak berpendidikan dalam suatu lowongan pekerjaan kantor, maka rata-rata yang terpelajarlah yang akam mendapatkan pekerjaan tersebut.
6.    Sarana Mengembangkan Diri dan Berkreativitas
Seorang siswa dapat mengikuti berbagai program ekstrakurikuler sebagai pelengkap kegiatan akademis belajar mengajar agar dapat mengembangkan bakat dan minat dalam diri seseorang. Semakin banyak memiliki keahlian dan daya kreativitas maka akan semakin baik pula kualitas seseorang. Sekolah dan kuliah hanyalah sebagai suatu mediator atau perangkat pengembangan diri. Yang mengubah diri seseorang adalah hanyalah orang itu sendiri.
                Namun kebanyakan manusia setelah mengetahui fungsi dan makna pendidikan  yang sebenarnya, mereka tidak menerapkannya untuk kebaikan dan memanfaatkannya guna membantu pebangunan moral manusi yang berpendidikan yang telah lama hilang, namun malah sebaliknya. Manusia, selayaknya makhluk sosial, yang notabennya disempurnakan oleh akal dan nafsu, juga sebagai khalifah untuk menjaga kearifan dan kelangsungan hidup seluruh makhluk dibumi. Manusia, selayaknya menjadi makluk yang paling arif dan bijaksana, mengutamakan nilai-nilai moral yang benar, menegakkan kebenaran, dan berprilaku baik terhadap sesama. Namun, tidak bagi kebanyakan manusia. Kodrat sebagai khalifah yang menjaga kebenaran, memberi contoh prilaku bijak dan lembut, berganti dengan kesemerautan akhlak yang makin merosot. Bukankah Tuhan telah menganugerahi akal? Bukankah manusia diberi kemampuan lebih untuk menjadi orang baik?
Tuntunan berubah menjadi tontonan, kebenaran dirusak dan dicemari kebatilan yang dibenarkan, umat manusia semakin modern namun semakin brutal, alam menjadi tempat berpijak dan mengais nafkah terus disedot dengan cara-cara serakah, agama tinggallah tameng untuk menyembunyikan kebusukan moral, pendidikan tinggi dijadikan dasar untuk memeras secara terselubung terhadap hak-hak kaum lemah. Kita semua telah salah langkah, kita telah kesasar kealam kehancurana, meski gedung bertingkat, lampu-lampu gemerlap, toko dan supermarket menyuguhi segala kebutuhan, kita bangun tanpa henti. Kita terlalu malu untuk menjaga kebenaran dan terlalu penakut untuk berkata benar, itulah manusia akhir zaman.
Manusia, selayaknya sebagai penggali ilmu pengetahuan, pendidikan tinggi hanya sebagai pelengkap gelar akademis, biar mendapat pengakuan “inilah orang pintar dan berilmu” namun bobrok dan tak bermoral. Sulitkah untuk manusia menjadi makhluk yang bijaksana? Sulitkah bagim anusia untuk menjadi orang baik? Sulitkah bagi kita menegakkan dan tunduk pada kebenaran? Manusia, makluk bernyawa lengkap bersama akal dan nafsu, yang mampu bertindak apa saja, jika Tuhan berkehendak.
Kasihan! Sungguh memilukan, manusia akhir zaman gemar berperang dan saling menjatuhkan. Gemar membangun, namun cinta pada kehancuran. Hutan belantara yang ganas, disulap menjadi kota yang ramai, rawa yang penuh racun dan hewan liar, diubah menjadi taman yang indah, semua dilakukan bertahun-tahun, menghabiskan waktu, tenaga dan biaya yang cukup banyak, namun hanya karena ego kepentingan, semua dihancurkan hanya hitungan jam. Itulah mannusia, begitu mencintai perdamaian namun beramai-ramai menciptakan senjata super canggih yang bisa membunuh lawan, manusia mencintai ketentraman namun mudah terpancing  untuk menyerang dan menginvasi sesama manusia.
Apa artinya pendidikan yang lebih tinggi dibangun, universitas didirikan dengan megah dan kokoh, namun pada akhirnya tidak melahirkan manusia yang jiwanya kokoh, bahkan makin terjerumus pada zona kesombongan. Apa yang disombongkan? Semua akan hilang dimuka bumi. Apa yang disombongkan, pada dasarnya kita lahir miskin dan mati pun dalam keadaan miskin. Apa yang disombongkan? Sementara kita butuh orang lain untuk bersosial. Andaikan saja manusia yang berpendidikan tinggi dan setiap orang yang berpendidikan mampu mengambil  dan menerapkan ilmu bijak dari alam seperti uraian contoh berikut ini:
1. Ilmu Padi, semakin berisi semakin merunduk
Semakin berisi semakin merunduk
Bersediakah kita seperti padi, makluk yang hidup dan diam ditempat, diterpa angin, panas, hujan, dingin, bahkan hama? Namun padi tetaplah merunduk dan memberi petunjuk pada kita, bahwa kita TIDAK BOLEH SOMBONG meski kita berilmu tinggi. Semakin tinggi ilmunya, sepantasnya akan semakin bermanfaat bagi orang lain, selayaknya padi bermanfaat bagi manusia dan hewan.
2. Ilmu Air, air mengalir dari tempat yang lebih tinggi menuju tempat yang lebih rendah.
Air, merupakan bagian penting dalam hidup kita, karena itu, air sangat bermanfaat, untuk memenuhi kebutuhan kita, mengairi sawah, menyuburkan tanaman, bahkan kita makan pun tak lepas dari air. Air mengalir dari ketinggian puncak kemudian menyatu dalam lautan, itulah hakikat yang diajarkan alam, setinggi apapun ilmu kita, akan lebih bermanfaat bila kita duduk bersama , menjaga keharmonisan dan kehormatan, bersatu bukan bersatu-satu, menjadi sumber kebaikan, selayaknya air menjadi sumber kehidupan.
3. Ilmu Matahari
Matahari sangatlah berguna bagi kesehatan manusia, menjadi salah satu sumber kehidupan, dan juga mengajarkan kepada manusia bagaimana menghitung waktu. Matahari terus menerangi dunia tanpa lelah, terus berputar menjalankan tugasnya menyinari bumi, memberi cahaya ke bulan sehingga bulan pun memantulkan cahaya ke bumi. Bayangkan, apa jadinya kehidupan tanpa ada matahari, apakah kita bisa mengeringkan pakaian, atau bisakah tumbuhan melakukan fotosisntesis? Dengan matahari, Tuhan pun menganugerahkan matahari, sehingga manusia mampu menciptakan alat tenaga surya.

  
4. Ilmu Kelapa, semakin tinggi semakin bermanfaat
Perhatikan tanaman kelapa, perhatikan baik-baik, pohon ini terus berdiri melawan hari, menahan terpaan angin, guyuran hujan, dan terik matahari. Namun diatas tantangan yang dihadapinya, dia terus memberikan manfaat kepada makluk hidup, manusia membutuhkan buahnya untuk kebutuhan sehati, semua bagian dari kelapa sangat berguna, buah untuk makanan, jaring dan daunnya untuk rumah tangga, misalnya dibuat sapu, dahannya tempat bertengger burung yang melepas lelah, akar menjadi obat mujarab, air niranya menjadi gula yang manis, batangnya baik untuk mengokohkan rumah kita.
Bukankah lebih mulia lagi kalau manusia mampu seperti kelapa? Yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain? Kita sebenarnya lebih mulia dari pada kelapa, namun kerena kesombongan, maka kita lebih rendah dari kelapa yang tak lagi berbuah.
Sungguh sebuah kemunduran bagi manunusia modern yang notabennya berpendidikan tinggi namun tak bermoral.
Manfaat yang saya peroleh setelah mempelajari pendidikan formal:
·         saya menjadi lebih tahu tentang apa itu pendidikan formal
·         saya menjai tahu apa fungsi dan manfaat pendidikan formal yang sebenarnya
·         dan saya menjadi tahu bagaimana kondidi manusia berpendidikan di Indonesia khususnya yang mana manusia indonesi yang berpendidikan tinggi telah kehilangan moral dan menjadi kondisi yang sangat menyedihkan bagi umat manusia yang berpendidikan tinggi.




Daftar pustaka
Sumber buku:
Raymond Murphy. 2004. Pendidikan moral dan etika. Jakarta : penerbit generasi cerdas.
Sumber internet:
http://pendidikan formal.com/
http://moral manusi berpendidikan tinggi.com/
http://www.ilmu bijak dari alam.com/

No comments:

Post a Comment