Wednesday, July 4, 2012

Analisis Novel : Lelaki Bersorban Cinta


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
            Dalam menganalisis karya fiksi yakni novel yang berjudul Lelaki Bersorban Cinta ini menggunakan beberapa teori yang didalamnya mencakup teori-teori strukturalisme. Dimana teori stukturalisme ini secara etimologis, struktur berasal dari kata structura, bahasa latin, yang berarti bentuk atau bangunan. Asal muasal strukturalisme dapat dilacak dalam poetica Aristoteles, dalam kaitannya dengan tragedi, lebih khusus lagi dalam pembicaraannya mengenai plot. Konsep plot harus memiliki ciri-ciri yang terdiri atas kesatuan, keseluruhan, kebulatan dan keterjalinan (Teeuw, 1988:121-134). Dimana dapat dijelaskan dalam teori strukturalisme bahwa hubungan karya sastra dengan masyarakat, dengan teknologi informasi yang menyertainya, minat masyarakat terhadap manfaat penelitian interdisiplin, memberikan pengaruh terhadap
perkembangan teori sastra selanjutnya. Strukturalisme telah berhasil untuk memasuki hampir seluruh bidang kehidupan manusia, dianggap sebagai salah satu teori modern yang berhasil membawa manusia pada pemahaman secara maksimal. Secara historis, perkembangan strukturalisme terjadi melalui dua tahap, yaitu: formalisme dan strukturalisme dinamik. Meskipun demikian, dalam perkembangan tersebut juga terkandung ciri-ciri khas dan tradisi intelektual yang secara langsung merupakan akibat perkembangan strukturalisme.
       Oleh karena itu, akan        hadir   prinsip-prinsip antarhubungan, strukturalisme semiotik, genetik dan naratologi. Dalam strukturalisme konsep fungsi memegang peranan penting artinya unsur-unsur sebagai ciri khas teori tersebut dapat berperan secara maksimal semata-mata dengan adanya fungsi, yaitu dalam rangka menunjukkan antarhubungan unsur-unsur yang terlibat. Sesuai dengan preposisi Durkheim (Jhonson,1988:168) mengenai masyarakat, maka dalam karya, totalitas selalu lebih besar dan berarti dari jumlah unsurnya. Kualitas karya dinilai dalam totalitasnya, bukan akumulasi unsurnya. Menurut Craib (1994:177), variasi unsur dalam komunitas hubungan bisa sama, tetapi variasi hubungan akan menghasilkan sesuatu yang sama sekali berbeda. Sebagai teori modern mengenai sastra, tujuan pokok formalisme adalah studi ilmiah tentang sastra, dengan cara meneliti unsur-unsur kesastraan, puitika, asosiasi dan oposisi. Oleh karena itu, menurut Luxemburg, dkk. (1984:35) formalisme dianggap sebagai peletak dasar ilmu sastra modern.                   
  1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat dalam novel Lelaki Bersorban Cinta tersebut yaitu:
1.      Bagaimana cara kerja alur sekuen dan episodik?
2.      Identifikasi latar yang terdapat dalam novel Lelaki Bersorban Cinta tersebut dan tentukan latar umumnya!
3.      Tentukan tokoh-tokoh dan karakter tokoh yang terdapat dalam novel Lelaki Bersorban Cinta serta hubungan antar tokohnya dan  jelaskan berdasarkan dengan data yang ada!
4.      Jelaskan kode budaya yang terdapat dalam novel Lelaki Bersorban Cinta tersebut!
5.      Bagaimana cara kerja struktur alur?
6.      Tentukan jenis-jenis tokoh yang terdapat dalam novel Lelaki Bersorban Cinta tersebut?
1.3 Tujuan / Manfaat
Adapun tujuan / manfaat yang dapt diambil dalam menganalisis novel yang berjudul Lelaki Bersoban Cinta adalah:
1.      Agar kita mengetahui nilai-nilai sosial yang tentunya bersifat positif dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2.      Agar dapat mengetahui lebih jelas tentang teori strukturalisme yang digunakan pada teknik analisis data.
3.      Untuk mengetahui cara kerja alur sekuen dan episodik.
4.      Untuk mengetahui kode budaya yang di terapkan dalam novel Lelaki Bersorban Cinta.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1.       Alur / plot
Yang di maksud alur atau plot adalah struktur gerak yang terdapat dalam fiksi atau drama, brooks ( dalam tarigan, 1984: 126 ). Pada prinsipnya, seperti juga bentuk – bentuk sastra lainnya, suatu fiksi haruslah bergerak dari suatu permulaan  ( beginning ) melalui suatu pertengahan ( middle ) menuju suatu akhir ( ending ). Yang dalam dunia sastra lebh  dikenal sebagai eksposisi, komplikasi, dan resolusi ( taringan , 1984:126 ). Tiga bagian itu merupakan tahapan – tahapan yang harus dijalani tokoh, dengan segala suasana dan peristiwa yang dialaminya.

Alur disebut juga plot, yaitu rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat sehingga menjadi satu kesatuan yang padu, bulat dan utuh. Alur terdiri atas beberapa bagian berikut:
1.      Awal, yaitu pengarang mulai memperkenalkan tokoh-tokohnya.
2.      Tikaian, yaitu terjadinya konflik di antara tokoh-tokoh pelaku.
3.      Gawatan atau rumitan, yaitu konflik tokoh-tokohnya semakin seru.
4.      Puncak, yaitu saat puncak konflik di antara tokoh-tokohnya.
5.      Leraian, yaitu saat peristiwa konflik semakin reda dan perkembangan alur mulai terungkap.
6.      Akhir, yaitu saat seluruh peristiwa atau konflik telah terselesaikan.

Alur / plot merupakan rangkaian yang bersifat logis dan kronologis yang membentuk konflik – konflik berdasarkan hubungan sebab – akibat. Plot merupakan rangkaian peristiwa yang disusun secara logis dan kronologis, saling berkait dan yang diakibatkan atau dialami oleh para pelaku, Luxemburg ( dalam sugihastuti, 2007:35 – 36 ). Alur merupakan unsur intrinsik dalam karya sastra yang merupakan kerangka dasar yang sangat penting dalam sebuah cerita yang bersifat padu anatara cerita satu dengan yang lain, antara peristiwa yang diceritakan lebih dulu dengan yang kemudian saling berkaitan. Kaitan antara kedua peristiwa itu haruslah di jelaskan secara jelas dan plot atau dalam sebuah cerita haruslah bersifat utuh dan padu serta tidak membingungkan pembaca.
Dalam sebuah karya sastra dalam hal ini novel, konflik merupakan unsur pembangun dalam sebuah alur cerita. Jadi wajarlah kalau konflik dikatakan sebagai akibat atau esensi sebuah novel. Kemampuan pengarang untuk membangun sebuah konflik melalui berbagai peristiwa akan meningkatkan kadar kemenarikan cerita yang dihasilkan, misalnya peristiwa – peristiwa manusiawi yang menegangkan, sensasiona, dan saling berkaitan antara satu dengan yang lain, sehingga menyebabkan timbulnya konflik. Konflik yang kompleks biasanya cenderung disenangi para pembaca dan menyita perhatian sewaktu membaca karya tersebut.
Pada dasarnya orang membutuhkan cerita tentang berbagai masalah hidup dan kehidupan manusia untuk memenuhi kebutuhan batinnya dan memperkaya pengalaman jiwanya, dalam hal ini, pengarang yang memiliki sifat peka kreatif dan menghayati kehidupan ini, secara intensif menyadari kebutuhan tersebut, maka ia sengaja mengangkat sebuah cerita dan menampilkan konflik – konflik yang berkaitan dengan hidup dan kehidupannya.
Dilihat dari  ara penceritaannya, alur dibedakan menjadi dua jenis (sugihastuti,2007:37 ) yaitu alur lurus dan alur tidak lurus atau bersorot – balik (flash back ). Dalam alur flash – back ini masih memungkinkanya adanya beberapa tekhnik pengaluran, backtracting ( menoleh kembali ), suspense ( tegangan ), dan foreshadowing ( membayangkan sesuatu )  

2.2.       Latar/seting

Latar disebut juga setting,yaitu tempat atau waktu terjadinya peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam sebuah karya sastra. Latar atau setting di bedakan menjadi latar material dan sosial. Latar material adalah lukisan latar belakang alam atau lingkungan dimana tokoh tersebut berada. Latar sosial adalah lukisan tatakrama tingkah laku, adat dan pandangan hidup.
Latar cerita berguna bagi sastrawan berguna begi sastrawan dan pembaca. Bagi sastrawan latar cerita dapat digunakan sebagai tempat untuk mengembangkan cerita. Latar certa dapat digunakan sebagai penjelas tentang tempat, waktu, dan suasana yang dialami tokoh. Sastrawan bisa menggunakan latar cerita sebagai symbol atau lambing bagi peristiwa maupun yang telah, sedang, atau yang akan terjadi. Sastrawan juga dapat menggunakan latar tema cerita untuk menggambarkan latar tokoh, suasana cerita atau atmosfer, alur, atau tema ceritanya. Bagi pembaca, latar certa dapat membantu untuk membayangkan tentang tempat, waktu, dan suasana yang dialami tokoh. Latar juga bisa membantu pembaca dalam memahami watak tokoh, suasana cerita, alur, maupun dalam rengka mewujudkan tema  suatu cerita.
Latar atau seting di sebut juga sebagai lanadas tumpu, mengarah pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial, tempat terjadinya peristiwa – peristiwa yang diceritakan, Abrams ( nurgiantoro, 1995 : 175 ). Kehadiran latar sebagai pendukung terjadinya konflik dalam sebuah cerita baik rekaan maupun fakta itu penting. Misalnya, konflik yang terjadi karna perbedaan status sosial yang didukung oleh lingkungan alamnya akan menimbulkan kesan realistis kepada pembacanya, sehingga akan merasa bahwa konflik itu seolah – olah ada dan benar – benar terjadi. Keputusan pengarang untuk memilih latar dalam karyanya tak terlepas dari pertimbangan terhadap konflik apa yang dikisahkan dalam karya tersebut.

2.3.       Tokoh
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita rekan sehingga sehingga peristiwa yang menjalin suatu cerita, sedangkan cara sastrawan yang manampilkan tokoh yang disbut penokohan (Amunudin, 1984: 86) tokoh dalam karya rekan selalu mempunyai sifat, sikap, tingkah laku atau watak-watak tertentu. Pemberian watak pada tokoh suatu karya oleh sastrawan disebut perwatakan.
Tokoh ialah pelaku karya sastra. Dalam karya sastra biasanya ada beberapa tokoh, namun biasanya hanya ada satu tokoh utama. Tokoh utama adalah tokoh yang sangat penting dalam mengambil peranan dalam karya sastra. Dua jenis tokoh adalah tokoh datar (flash character) dan tokoh bulat (round character).
            Tokoh datar ialah tokoh yang hanya menunjukkan satu segi, misalnya baik saja atau buruk saja, sejak awal sampai akhir cerita tokoh yang jahat akan tetap jahat. Tokoh bulat adalah tokoh yang menunjukkan berbagai segi baik buruknya, kelebihan dan kelemahannya. Dari segi kejiwaan dikenal tokoh introvert dan ekstrovert. Tokoh introvert adalah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh ketidaksadarannya, tokoh ekstrovert adalah pribadi tokoh tersebut yang ditentukan oleh kesadarannya. Dalam karya sastra dikenal juga tokoh protagonis dan antagonis, protagonis ialah tokoh yang disukai pembaca atau penikmat sastra karena sifat-sifanya. Antagonis adalah tokoh yang tidak disukai pebaca atau penikmat sastra karena sifat-sifanya.

Dalam sebuah karya sastra, tokoh merupakan komponen dalam ( unsur intrisik yang membngan cerita rekan itu. Tokoh dalam karya sastra merupakan penjuang yang memperjuangkan sesuatu,  baik harta , masalah asmara, religi, moral, sosial, dan lain-lain. Untuk mencapa tujuan tersebut, tokoh akan bertemu dengan tokoh lain. Setiap tokoh akam  melakukan berbagai hal/tindakan yang berhubungan seiring dengan alur ceritanya, baik secara sendiri maupun secara bersama-sama dengan tokoh yang lain. Perjuangan seorang tokoh akan dianggap berhasil manakalah ia melampaui atau mengatasi serta manklukan segala rintangan yang ada. Pada saat itu tokoh-tokoh saling mempertahankan kepentingan diri dan hatinya. Disinilah terjadi konflik yang pada akhirnya nasib tokoh telah ditentukan oleh penulis diakhir cerita.
Nivel sebagai karya kretif membutuhkan keaktifan pikiran dan ide-ide dari pengarangnya. Maka bagaimana pengarang mencapai akhir cerita dan mengembangkan kehidupan tokohnya tidak terlepas dengan keberadaaan konflik sebagai alur cerita. Oleh karena itu, pengarang segaja menciptkan dunia cerita rekaan, dan mereka mempunyai kebebasan penuh untuk menampilkan tokoh-tokoh ceritanya sesuka hatinya, siapapun orangnya, apapun status sosialnya, bagaimanapun perwatakannya, dan konflik apa yang dihadapinya. Jadi, penetapan konflik yang dialami setiap tokoh dalam sebuah prosa rekaan dalam hal ini novel, merupakan penunjang daya tarik cerita dan kesemuanya  itu menunjukan betapa kuatnya imajinasi pengarang untuk menghidupkan karyanya.

2.4.       Semiotik
Semiotic berasal dari bahasa yunani semeion yang berarti tanda. Semiotik adalah cabang ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda dengan segala Sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku dan penggunaan tanda (zoest, 1993:1). Semiotik  mempelajari sistem – system, aturan – aturan, dan konvensi – konvensi yang memungkinkan tanda – tanda tersebut mempunya arti. Ferdinand de seussure dikutip  piling (2003:206) mendevinisikan semiotik sebagai ilmu yang mengkaji tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial. Secara implicit dalam definisi Saussure ada prinsip bahwa semiotika sangat menyadarkan durinya pada aturan main (rule) atau kode sial (social kode) yang berlaku didalam masyarakat sehingga tanda dapat dipahami maknayna secara kolektif. Pada awalnya semiotic merupakan mempelajari setiap system tanda yang digunakan dalam masyarakat manusia. Dengan kata lain, semiotic adalah ilmu yang menyelidiki semua bentuk komunikasi yang berkaitan dengan makna tanda –tanda. Teeuw (1982:50)mengatakan bahwa semiotic merupakan tanda sebagai tindak komunikasi. Tokoh yang dianggap pendiri semiotic adalah dua orang yang hidup sezaman, ang bekerja secara terpisah dan dalam lapangan yang tidak sama (tidak saling mempengaruhi).tokoh semiotic itu adalah seorang ahli linguistic berkebangsaan swiss,ferdinan de Saussure (1857-1913) dan seorang ahli filsafat amerika,charles sanders peirce (1839-1914). Saussure menyebut ilmu itu dengan nama semiologi sedangkan peirce menyebutnya dengan semiotic. Kedua istilah ini mengandung pengertian yang persis sama,walaupun penggunaan salah satu dari kedua istilah tersebut biasanya menunjukan pemikiran pemakainya.
Wardoyo (2005:1) mengtakan semiotic is the science of signs. Masalahnya adalah bagainama tanda (sign) dapat didefinisikan. Untuk dapat mengidentifikasi sebuah tanda (sign). Dalam semiotic,tanda bisa berupa kata-kata,kalimat,atau gambar yang bisa menghasilkan makna.
Dalam hubungannya dengan tanda,Saussure mempunyai perana penting dalam mengidentifikasikan sebuah tanda. Saussure dalam polliang (2003:90)menjelaskan “tanda” sebagai kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari dua bidang seperti halnya selembar kertas,yaitu bidang penanda (signified)untuk menjelaskan konsep atau makna.
Teori semiotik adalah di antara teori kritikan pasca modern yang penting dan banyak digunakan kini. Ia memahami karya sastra melalui tanda-tanda atau perlambangan-perlambangan yang ditemui di dalam teks. Teori ini berpendapat bahawa dalam sesebuah teks itu terdapat banyak tanda dan pembaca atau penganalisis harus memahami apa yang dimaksudkan dengan tanda-tanda tersebut.                                                                                      Menurut Noth (ibid,11) ada empat tradisi yang melatarbelakangi kelahiran semiotika, yaitu: semantik, logika, retorika dan hermeneutika. Culler (1997:6) menyebutkan strukturalisme dan semiotika sebagai dua teori yang identik, strukturalisme memusatkan perhatian pada karya sedangkan semiotika pada tanda. Selden (1986:54) mengganggap strukturalisme dan semiotik termaksud ke dalam bidan ilmu yang sama, sehingga keduanya dapat dioperasikan secara bersama-sama. Untuk enemukan makna suatu karya, analisis strukturalisme mesti dilanjutkan dengan analisis semiotika, demikian sebaliknya. Secara definitif, menurut Paul Cobley dan Litza Janz (2002:4) semiotika berasal dari kata seme, bahasa Yunani yang berarti penafsir tanda, literatur lain menjelaskan bahwa semiotika berasal dari kata semeion, yang berarti tanda. Dalam pengertian yang lebih luas, sebagai teori, semiotika berarti studi sistematis mengenai produksi dan interpretasi tanda, bagaimana cara kerjanya, apa manfaatnya bagi kehidupan manusia. kehidupan manusia dipenuhi oleh tanda, dengan perantaraan tanda-tanda manusia dapat berkounikasi dengan sesamanya, sekaligus mengadakan pemahaman yang lebih baik terhadap dunia, dengan demikian manusia adalah homo semioticus.
   Pemahaman awal terhadap gejala yang berkaitan dengan tanda dapat ditelusuri dalam pkiran Plato dan Aristoteles dalam pebicaraannya mengenai bahasa. Menurut Van Zoest (1993:1), semiotika memperoleh perhatian yang lebih serius abad ke-18 sekaligus mulai menggunakan istilah semiotika yaitu oleh J.H Lambert. Atas dasar ilmu ketandaan Halliday (1992:4-5) menyebutkan semiotika sebagai kajian umum, dimana bahasa dan sastra hanyalah salah satu bidang di dalamya.
Sementara itu,seorang tokoh semiotic lain,Charles sanders peirce(1839-1914)mengemukakan pendapatnya mengenai tanda. Menurut peirce,dalam pengertian tanda terdapat dua prinsip,yaitu penanda(signifier) atau yang menandai dan petanda (signified)atau yang merupakan arti tanda. Berdasarkan hubungan antra penanda dan petanda, terdiri atas tiga jenis. Jenis-jenis tanda tersebut adalah ikon,indeks dan symbol. Ikon adalah tanda yang memperhatikan adanya hubungan yang bersifat alami antara penanda dan petandanya. Hubungan itu adalah hubungan persamaan. Indeks adalah tanda yang menunjukan hubungan kalausa (sebab-akibat) antara penanda dengan petandanya. Symbol adalah tanda yang tidak memiliki hubungan alamiah antara petanda dengan penandanya,melainkan hubungan yang ada bersift arbitrer, ketiga tanda tersebut merupakan peralatan semiotic yang fundamental.   



BAB III
METODE
3.1 Data Dan Sumber Data
         Data yang terdapat dalam analisis novel Lelaki Bersorban Cinta karya Najieb Kailani yaitu data kualitatif merupakan data yang tidak merbentuuk angka yang diperoleh dari rekaan, pengamatan, wacana atau bentuk tertulis.
Sumber data dalam analisis ini adalah novel Lelaki Bersoban Cinta karya Najieb Kailaini yang diterbitkan oleh Republikata Perum Graha Bunga Bintaro 1 No.22, Jakarta-Indonesia,cetakan 1: 2010.

3.2              Teknis Analisis Data
Data ini akan dianalisis berdasarkakn pendekatan ( semiotic)  yaitu tanda (novel Lelaki Bersoban Cinta) sebagai karya-karya yang otonomia tidak perlu dikaitkan dengan pembaca ataupun kenyataan disekitarnya. Perhatiannya hanya difokuskan pada unsure karakter tokoh dalam novel Lelaki Bersoban Cinta karya Najieb Kailani.Teknis analisis data dalam novel ini yang pertama yaitu melakukan pembacaan pada novel kemudian menguraikan alur (seQuen dan episode) latar (waktu dan tempat) keudian mengidentifikasi tokoh-tokoh dalam novel tersebut.selanjutnyatokoh-tokoh itu dideskripsikan dengan kutipan yang menunjukan karakter tokoh dan pemaparan kebahasaan pendeskripsian dilakukan dengan dimulai dari tokoh utama, kemudian tokoh bawahan serta menyimpulkan karakter masing-masng tokoh sebagai hasil akhir analisis.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 ALUR
Alur yang digunukan adalah alur maju karena ceritanya menceritakan dari awal sampai akhir cerita yaitu mulai keberangkatn Irian dari kota Roma ke  kota Dubai,sampai ia menikah di kota Dubai.
 4.1.1 Alur  Sekuen
- Irian seorang musisi.
- Irian meninggalkan kota Roma.
- Irian meminta Soufia untuk menjadi istrinya
-  Irian meninggalkan kekasihnya
-Irian binggung harus berbuat apa
- Irian mengijakkan kakinya di kota Dubai
- Irian kaget melihat perempuan menutup kepalanya dengan kerudung
- Irian bertemu Ali
- Malam pertama Irian memainkan musik bersama grupnya.
- pertemuan Shamsi dengan Irian.
-Irian bergerak lincah memainkan oragen meniru lagu-lagu yang dibawakan penari.
-Irian menari nari  bersama Shamsi
-Irian menulis surat kepada ayahnya.
- Pemandangan asing yang bagi Irian sangat menarik hati.
-Irian mencitai Shamsi
-Rasa cemburu Irian terhadap Shamsi.
- Irian merasakan sedih hatinya.
- Perdebatan yang terjadi antara Shamsi dengan Irian
 - Irian mengajak Shamsi menikah
- Perbedaan agama antara Irian dengan shamsi.
- Irian bertanya tentang islam.
- Demi Shamsi Irian rela meninggalkan agamanya.
- Keyakinan Irian mencari kebenaran.
- kemantapan hati Irian untuk berpindah agama.
- Perdebatan antara Irian dengan benetou.
- Irian mendengar kabar tentang seorang yang sudah termasyur ilmu keislamannya.
- Irian bertemu dengan Syaikh Iedul housaini
- Permulaan irian mempelajari agama islam
- Keheranan Irian terhadap agama islam.
- Ajaran dan nasehat shaikh terhadap Irian
- Irian tiba di penginapan.
-Irian dalam posisi sulit.
- Irian jengkel dan marah pada Shaqar.
- Keseriusan Irian dalam membaca buku tentang kebenaran islam.
 - Kedatangan Shamsi dan Shaqar membuat Irian mengangkat pandangannya dari buku.
- Ajakan Shamsi terhadap Irian untuk ke perkebunan.
- Kemantapan Irian dalam memeluk agama islam.
- Irian mengganti namanya menjadi Abdoulla Carlou.
- Kedatangan soufia di kota Dubai.
- Pertengkaran Soufia dengan Soufia.
- Perjanjian antara Soufia dengan Benetou.
- Pertemuan Irian dengan Maishun.
- Kebahagian yang dirasakan oleh Irian.
- Pembunuhan Irian.
-Terungkapnya Peristiwa pembunuhan Irian.
- Benetou sebagai Pelaku pembunuhan Irian.
- Irian sembuh dari sakitnya.
- Irian melanjutkan dakwanya ke India.
4.1.2  Episodik
- Irian melupakan Soufia karena bertemu dengan shamsi.
- Irian berpindah agama karena ingin menikah dengan Shamsi.
-Soufia bertengkar dengan Shamsi karena memperebutkan Irian.
-Irian berdebat dengan Benetou karena Irian memilih masuk agama islam.
- Irian mengganti nama menjadi Abdoullah carlous karena telah masuk islam.
- Abdoullah di bawa di rumah sakit karena di tusuk oleh seseorang.
4.1.3 Struktur Alur
a. Perkenalan
Irian adalah seorang musisi dari Italia, ia seorang non muslim, Irian mencintai Soufia tetapi setelah bertemu dengan Shamsi perasaannya hilang terhadap Soufia. Irian rela meninggalkan agamanya demi menikah dengan Shamsi yang seorang penari. Tetapi Shamsi tidak langsung menerima cinta Irian. Karena keteguhan Irian dalam mengambil keputusan, ia bersungguh-sungguh mempelajari dan ingin tentang Islam, setelah itu dia masuk dalam agama islam dan begitu fanatik, sehinggah perasaan cintanya hilang terhadap Shamsi. Kemudian menikah dengan Maishun atas  Nasehat Syaikh Iedul Housaini.
b. Konflik
Konflik yang terdapat dalam novel Lelaki Bersorban Cinta adalah saat Irian mencintai Shamsi dan ingin memperistrikan Shamsi, yang berbeda keyakinan.
c. Klimaks
Shamsi menolak menikah dengan Irian, karena berbeda keyakinan. Contohnya perempuan muslim tidak boleh menikah dengan lelaki non muslim. Demi cinta Irian terhadap Shamsi begitu besar, Irian rela pindah agama agar dapat menikah dengan Shamsi. Sehingga menimbulkan perselisihan antara Irian dengan Benetou, Shamsi dengan Soufia.
d. Lerai
Irian masuk agama islam dengan keyakinan yang kuat tanpa  ada paksaan dari siapaun dan mengganti nama menjadi Abdoullah Carlou.
e. Penyelesaian
Irian menikah dengan Maishun dan hidup bahagia, kemudian Irian terus berdakwa sampai di India
4.2 Latar 
            Latar yang terdapat dalam novel “Lelaki Bersorban Cinta” karangan Najieb Kailani yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial budaya.
4.2.1  Latar tempat
-          Italia
-          Timur
-          Kota Dubai
-          Di jalan
-          Di toko-toko
-          Di kantor
-          Di Bandara
-          Eropa
-          Penginapan
-          Panggung
-          Di kamar
-          Di Masjid Agung
-          Di Afrika
-          Perkebunan
-          Arab Saudi
-          Di Australia
-          Dalam mobil
-          Di rumah sakit
-          Di pantai
4.2.3Latar waktu

-          Sabtu malam
-          Hari minggu
-          Harai jumat
-          Esok hari
-          Sore
-          Hari ini
-          Larut malam
-          Seratus tahun
-          Besok
-          Suatu hari
-          Siang
-          Beberapa bulan
-          Kemarin
-          Tengah malam
-          Subuh
-          Lima tahun

4.2.3    Latar sosial budaya
Sosial budaya yang di gunakan dalam novel “Lelaki Bersorban Cinta”  adalah Perempuan yang muslim tidak bisa menikah dengan laki-laki yang non muslim terkecuali salah satunya berpindah agama.
4.3   Tokoh
4.3.1   Identifikasi tokoh
-          Irian (Abdoullah corlou)
-          Soufia
-          Corlou (ayah)
-          Ibu
-          Ali
-          Shamsi
-          Shaqar
-          Syaikh Jalaluddin
-          Benetou
-          Muhammad Deedat
-          Syaikh Iedul Housaini
-          Maishun
4.3.2        Hubungan antar tokoh
-          Irian berhubungan dengan Soufia, Ayah, Ibu, Ali, Shamsi, Shaqar, Syaikh Jalaluddin, Benetou, Mhammad Deedat, Syaikh Iedul Housaini, Maishun.
-          Soufia berhubungan dengan Shamsi, Benetou.
-          Shamsi berhubungan dengan Ali, shaqar.Benetou.
-          Maishun berhubungan dengan Ayah, Syaikh Iedul Housaini.

4.3.3 Karakter Tokoh

-          Irian   : Lelaki halus perasaannya, romantis, musisi, bak tegas, taat beragma,ia      adalah orang yang tenang dan pandai mengatasi masalah grogi.
-          Soufia : Wajahnya cantik dan teramanat menyenangkan, tetapi sangat disayangkan  ia tida pernah berpikir kecuali hanya untuk memenuhi hasrat jalan-jalan, berpoya-poya, penghasut.
-          Shamsi : wajahnya merah merona menggoda, kedua pelupuk matanya hitam, postur tubuhnya tinggi semampai,seorang penari yang rambutnya panjang, baik, seorang muslimah karena keturunan.
-          Shaqar : seorang pedagang besar, wajahnya tampan, gagah dengan senyuman yang selalu melekat dibibirnya, dan selalu memamerkan apa yang dia miliki, tetapi memiliki sifat baik.
-          Ayah (Carlou) :  seorang postur yang tegas pada pendiriannya, dan seorang non muslim yang taat beragama.
-          Ibu : penyayang, baik.
-          Ali : salah seorang pemandu dipenginapannya,setia baik, jujur dan dapat dipercaya.
-          Syaikh Jalaluddin ia seorang imam di Masjid Agung.
-          Benetou : penghinat, jahat.
-          Muhammad Deedat : seorang pendiri sebuah majelis diskusi  di Inggris.
-          Syaikh Iedul Housaini : ia memiliki paras yang putih memakai sorban,  berjenggot tebal dan panjang, matanya yang jernih, baik, taat beragama dan mengamalkan.
-          Maishun : seorang guru asli suria,taat pada tuhannya dan selalu menjaga perilaku agamanya, baik, cantik pula, gadis yang periang,manis, lembut perasaannya,pencemburu.
4.4     Kode Budaya
          Perbedaan agama masih berlaku dalam hubungan contohnya perempuan muslim tidak          bisa menikah dengan laki-laki non muslim terkecuali  mengikuti salah satu agamanya.






BAB V
Penutup
5.1 Kesimpulan
      Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan adalah sebagai berikut:
1.      Setiap tokoh dalam novel tersebut memiliki karakter yang berbeda-beda.
2.      Latar sosial yang terdapat dalam novel tersebut adalah menggambarkan kesungguhan seseorangmencintai dan rela berkorban demi orang yang dicintainya. 
3.      Novel tersebut menggunakan alur maju, dimana dapat dilihat melalui alur sekuen bahwa ceritanya terurut dari awal sampai akhir.
4.      Kode budaya yang terdapat dalam novel tersebut menggambarkan larang menikah dikarenakan berbeda keyakinan.
5.2  Saran
      Dalam penulisan analisis novel yang berjudul Lelaki Bersorban cinta ini, penulis sadar bahwa masih banyak terdapat kesalahan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran, kritik dan masukan yang sifatnya mendukung dari pembaca demi kelancaran penulisan analisis novel selanjutnya.

No comments:

Post a Comment