ILMU TILIK DAN TINGKAH LAKU TERNAK (PENGAMATAN PADA AYAM KAMPUNG)

NAMA           :        SRI HELMINA 

STAMBUK   :        L1A1 13 087 

I.       PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Tingkah laku atau etologi hewan praktis telah merupakan hal yang penting sejak masa prasejarah. Tingkah laku ini dimanfaatkan oleh para pemburu dan kemudian oleh masyarakat untuk menjinakkan hewan-hewan tersebut. Sampai pada pertengahan abad ini, para ilmuwan di bidang pertanian tidak banyak mengenal ilmu tingkah laku hewan baik secara praktis sebagai hal yang penting maupun sebagai hal yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Ayam adalah salah satu jenis unggas yang dipelihara oleh masyarakat pada umumnya. Sehingga kita dapat menjumpai ayam dalam kehidupan kita sehari-hari. Ayam ini bisa juga dimanfaatkan untuk keperluan hidup pemeliharanya. Banyak orang-orang yang sengaja memelihara ayam ini dalam suatu tempat disebut sebagai peternakan ayam atau penangkaran ayam.

Kehidupan ayam dimulai dari satu butir telur yang berasal dari induknya. Dari telur yang telah dierami oleh ayam sambil dibolak-balik telurnya agar tetap hangat. Stekah 21 hari, anak ayam menggunakan paruhnya untuk memecah telur agar anak ayam bisa keluar dari cangkangnya. Jika telor tersebut sengaja tidak dierami atau tidak menetas (disebut juga telur wurung), biasanya diambil oleh pemiliknya untuk dimanfaatkan, misalnya dijual, dimasak untuk dikonsumsi sebagai lauk makan atau dijadikan sebagai obat tradisional ataupun jamu penambah darah. Khasiatnya lebih besar ayam kampung yang alami daripada ayam lehr yang merupakan hasil suntikan.

Perkembangan ayam kampung di Indonesia sangat pesat dan telah banyak dipelihara baik oleh peternak maupun masyarakat umum sebagai usaha untuk pemanfaatan pekarangan, pemenuhan gizi keluarga, menyalurkan hobi, peningkatan pendapatan dan bahkan sebagai usaha komersial. Pada umumnya, dahulu ayam kampung dipelihara secara tradisional (ekstensif), yaitu ayam dilepas begitu saja, tanpa disediakan kandang, pakan dan air minum oleh peternak. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ayam kampung mulai dibudidayakan dan dikembangkan baik secara semi intensif maupun intensif. Pemeliharaan ayam kampung secara semi intensif dilakukan dengan cara ayam pada pagi hari setelah diberi makan dilepas, baru kemudian pada sore hari masuk ke dalam kandang. Sedangkan pemeliharaan secara intensif dilakukan dengan cara ayam dikandangkan sepanjang hari, semua aktivitas dibawah pengelolaan peternak.

1.2  Tujuan

            Adapun tujuan Pada praktikum ini yaitu sbb :

1.      Untuk mengetahui ciri-ciri a ayam pada ayam kampung .

2.      Untuk mengetahui tingkah laku pada ayam kampung.

3.      Untuk mngtahui pngukuran pada ayam kampung.

Manfaat  pada praktikum ini yaitu sbb :

1.      Mengetahui ciri-ciri pada ayam kampung.

2.      Mengetahui tingkah laku yang dimiliki ayam kampung.

3.      Mengetahui pengukuran pada ayam kampung.

                                                                                                                                         II.            TINJAUAN PUSTAKA

2.1   Ayam kampung

Ayam lokal Indonesia merupakan hasil domestikasi ayam hutan merah (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau (Gallus varius). Ayam hutan merah di Indonesia ada dua macam yaitu ayam hutan merah Sumatera (Gallus gallus gallus) dan ayam hutan merah Jawa (Gallus gallus javanicus). Hasil domestikasi ini secara umum disebut ayam buras. Ayam-ayam buras yang sekarang ini telah tersebar di berbagai wilayah Indonesia telah menjadi ayam-ayam buras dengan morfologi yang beraneka ragam (Mansjoer, Waluyo dan Priyono, 1993).

Ayam kampung adalah ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam hutan merah yang telah berhasil dijinakkan. Akibat dari proses evolusi dan domestikasi,maka terciptalah ayam kampung yang telah beradaptasi dengan lingkungansekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

Hutt (1949) berpendapat bahwa ayam-ayam piara berasal dari lebih dari satu spesies ayam hutan, tetapi ayam hutan merah merupakan moyang sebagian besar ayam piara yang ada sekarang. Selanjutnya Suharno (1996) menyatakan bahwa nenek moyang ayam adalah ayam hutan (genus Gallus) yang terdiri dari Gallus gallus atau Gallus bankiva, Gallus sonnerati, Gallus lafayetti dan Gallus varius.

Diakui atau tidak selera konsumen terhadap ayam kampung sangat tinggi. Hal itu terlihat dari pertumbuhan populasi dan permintaan ayam kampung yang semakin meningkat dari tahun ke tahun (Bakrie et al.,2003). Hal ini terlihat dari peningkatan produksi ayam kampung dari tahun ke tahun, dimana pada tahun 2001 – 2005 terjadi peningkatan sebanyak 4,5 % dan pada tahun 2005 – 2009 konsumsi ayam kampung dari 1,49 juta ton meningkat menjadi 1,52 juta ton (Aman, 2011).

2.2  Tingkah laku pada ayam

Tingkah laku adalah perilaku yang terorganisir dengan fungsi tertentu, dapat berupa

aksi tunggal atau aksi berurutan yang terintegrasi atau biasanya muncul sebagai respon terhadap stimulus dari lingkungannya. Pola tingkah laku dasar (basic behavior system) pada unggas terdiri dari 7 sampai 9 macam (curtis, 1983 ensiminger, 1992).

            Curtis (1983) menyatakan, meski mengalami domestikasi pola tingkah laku unggas tidak jauh beda dengan pola tingkah laku nenek moyangnya. Terlihat jauh pada perilaku mengais pakan (feed seeking), mematuk-matuk bulu (feather pecking). Ayam mampu belajar dari pengalaman bila dilatih secara tetap dan berulang kali. Bunyi-bunyian tertentu dapat dipakai sebagai sinyal waku makan telah tiba. Pengetahuan dan keterampilan ini tidak scara otomatis diturunkan pada generasi berikutnya. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dalam upaya domestikasi adalah siklus tingkah laku rutin, tingkah laku sosial dan tingkah laku genetik.

            Ayam mempunyai tingkah laku yang lebih baik untuk didomestikasi dibandingkan hewan pertanian lainnya. Domestikasi adalah proses dimana hewan secara kontinyu beradaptasi dengan lingkungan buatan. Ukuran-ukuran tingkah laku, fisiologi dan patologi merupakan indikator yang sama pentingnya untuk kesejahteraan dan adaptibilas (siegel, 1984).

                                                                                                                                   III.            METODE PRAKTIKUM

3.1.Waktu dan Tempat

            Praktikum ini di laksanakan pada hari sabtu tanggal 15 dan bertempat di Kandang Pengembangan Unggas, Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo, Kendari.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum pengamatan tingkah laku ayam dapat di lihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Alat dan kegunaan pada praktikum pengamatan tingkah laku ayam

No.	Nama Alat	Kegunaan
1.	Kamera	Untuk mengambil gambar
2.	Alat tulis	Untuk mencatat setiap tingkah laku ayam.

Bahan yang digunakan pada praktikum pengamatan tingkah laku ayam dapat di lihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Bahan dan kegunaan pada praktikum pengamatan tingkah laku ayam :

No.	Bahan	Kegunaan
1.	Ayam jantan dan betina	Sebagai objek pengamatan

3.3    Prosedur Kerja

            Prosedur kerja pada praktikum pengamatan sifat kualitatif dan kuantitatif ayam kampung adalah sebagai berikut :

1.         Mempersiapkan alat yang akan digunakan.

2.         Menentukan jenis ayam kampung yang akan dijadikan sebagai objek praktikum.

3.         Mngamati tingkah laku makan, tingkah laku sosial, tingkah laku kawin, tingkah laku bertengger, tingkah laku berkokok, pada ayam kampung.

4.         Mengukur panjang kepala, diameter kepala, panjang paruh, tinggi jengger, panjang seng, diameter seng, lingkar dada, panjang badan, berat badan, panjang sayap pada ayam kampung.

5.         Mencatat hasil pengamatan.

6.         Membuat laporan

                                                                                                                             IV.            HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil pengamatan

Hasil pengamatan pada ayam kampung dapat di lihat pada tabel 3.

Tabel 3. Karakteristik ternak ayam berdasarkan ciri-cirinya.

No	Ciri-ciri ayam	Ayam 1	Ayam 2
1	Jenis ayam	Ayam kampung	Ayam kampung
2	Jenis kelamin	jantan	Betina
3	Warna bulu	Kuning kecoklatan	Hitam
4	Warna paruh	Kuning	Hitam

Hasil pengamatan pada ayam kampung dapat di lihat pada tabel 4.

Tabel 4. Karakteristik ternak ayam kampung  berdasarkantingkah laku

No.	Tingkah laku	Hasil Pengamatan
1.	Tingkah laku makan	14 kali mematuk/ 9 detik
2.	Tingkah laku sosial	Bergerombol
3.	Tingkah laku kawin	-
4.	Tingkah laku bertengger	-
5.	Tingkah laku berkokok	-

Hasil pengamatan pada ayam kampung dapat di lihat pada tabel tabel 5.

Tabel 5. Hasil pengamatan pengukuran pada ayam kampung

No	Pengukuran	Hasil pengamatan		Rata-rata	standar deviasi
		Ayam 1	Ayam 2
1.	Panjang kepala(cm)	2,5	2,4	2,45	0,71
2.	Diameter kepala(cm)	1,9	1,8	1,85	0,70
3.	Panjang paru (cm)	0,5	0,5	0,5	-
4.	Tinggi jengger (cm)	0,2	-	0,2	-
5.	Panjang seng (cm)	3	3	3	-
6.	Panjang seng (cm)	0,3	0,2	0,25	0,07
7.	Lingkar dada (cm)	5	11	8	4,24
8.	Panjang badan (cm)	7	12	9,5	3,53
9.	Berat badan (kg)	120	79	99,5	28,5
10.	Berat badan (kg)	7	6	6,5	0,70

4.2  Pembahasan

Pada praktikum ini ada dua ekor ayam kampung yang dijadikan sebagai bahan pengamatan, tapi untuk pengamatan karakteristik Berdasarkan ciri-ciri dan tingkah lakunya ada 21 ayam yang kami amati. Sedangakan untuk pengukuran hanya diambil 2 ayam saja untuk dijadikan sebagai bahan pengamatan.

a.      Ciri-ciri ayam kampung

Berdasarkan hasil pengamatan pada ayam kampung dilihat warna bulu yaitu berwarna coklat dan berwarna hitam. Warna bulu yang yang beragan pada ayam dipengaruhi oleh kerja gen satu (inhibitor) yang memicu produksi pigmen melanin.pegmen melanin terbagi menjadi 2 tipe yaitu eumelanin dan pheomelanin(brumbaugh dan moore, 1968).

            Pada pengamatan jengger ayam kampung, ayam jantan memiliki jengger, sedangkan ayam betina tidak memiliki jengger. Menurut suprijatna(2005) jengger digunakan sebagai aksesoris seksual, ayam jantan memiliki jengger yang besar dan tebal.

Pada pengamatan warna paruh ayam jantan yaitu berwarna kuning dan warna paruh ayam betina berwarna hitam. Karakteristik berwarna kuning (columbian) disebabkan oleh kurangnya kandungan melanin pada jaringan kulit (dermis) dikontrol oleh gen resesif terkait kelamin (solid black) warna hitam (Budipurwanto, 2001).

b.      Tingkah laku ayam kampung

Berdasarkan  hasil pengamatan yang kami lakukan dilapangan tentang tingkah laku ayam kampung yang dapat kami amati adalah sebagai berikut:

1.Tingkah Laku Sosial

            Pada tingkah laku sosial ini hal yang kami amati yaitu dimana pada saat ayam didekati , ayam tersebut bergerombol

            2. Tingkah Laku Makan

            Tingkah laku makan yang kami amati adalah ketika ayam ingin mencari makan, ayam tersebut terlebih dahulu mengais-ngais tanah.Setelah mengais-ngais tanah ayam tersebut kemudian mematuk makananya dari tanah tersebut dengan interval patukan 14 kali.Setelah itu ayam tersebut kembali mengais-ngais tanah.

             Sedangkan untuk tingkah laku kawin, tingkah laku bertengger dan tingkah laku berkokok tidak terlihat pada pengamatan ini.

c.       Pengukuran pada ayam kampung

            Berdasarkan hasil pengamatan yang kami lakukan dilapangan tentang pengukuran pada ayam kampung adalah sbb :

1.      Panjang kepala dan diameter kepala

Panjang kepala yang kami amati pada ayam kampung ini menghasilkan rata-rata 2,45 cm dan stadev 0,71 sedangkan diameter kepalanya menghasilkan rata-rata 1,85 cm dan stadev 0,70.

2.      Panjang paruh dan panjang seng

Panjang paruh yang kami amati pada ayam menghasilkan rata-rata 0,5 cm sedangkan panjang seng menghsilkan rata-rata 3 cm.

3.      Tinggi jengger dan diameter seng

Tinggi jengger yang kami ukur menghasilkan rata-rata 0,2 cm sedangkan diameter seng menghasilkan 0,25 cm.

4.      Lingkar dan panjang badan

Lingkar dada yang kami ukur mengsilkan rata-rata 8 cm sedangkan panjang badan menghasilkan rata-rata 9,5 cm.

5.      Berat badan dan panjang sayap

Berat badan yang kami ukur menghasilkan rata-rata 99,5 kg sedangkan panjang sayap menghasilkan rata-rata 6,5 cm.

                                                                                                                                                                V.            PENUTUP

5.1   Kesimpulan

            Dari hasil pembahasan dapat di tarik kesimpulan  sebagai berikut :

1.      Untuk ciri-ciri ayam kampung yaitu, untuk jenis kelamin ayam ada dua yaitu jantan dan betina, sedangkan untuk warna bulu yaitu 19 ekor wana kuning kecoklatan dan 2 warna hitam.

2.      Tingkah laku ayam kampung yaitu tingkah laku makan 14 kali/9 detik mematuk, tingkah laku sosial bergerombol sedangkan untuk tingkah laku kawin, tingkah laku bertengger, tingkah laku berkokok tidak terlihat karna ayam yang kami jadikan bahan pengamatan adalah anak ayam.

3.      Untuk pengukuran pada ayam kampung yaitu Panjang kepala menghasilkan rata-rata 2,45 cm sedangkan diameter kepalanya menghasilkan rata-rata 1,85 cm. Panjang paruh yang kami amati pada ayam menghasilkan rata-rata 0,5 cm sedangkan panjang seng menghasilkan rata-rata 3 cm.Tinggi jengger yang kami ukur menghasilkan rata-rata 0,2 cm sedangkan diameter seng menghasilkan 0,25 cm. Lingkar dada yang kami ukur mengsilkan rata-rata 8 cm sedangkan panjang badan menghasilkan rata-rata 9,5 cm.Berat badan yang kami ukur menghasilkan rata-rata 99,5 kg sedangkan panjang sayap menghasilkan rata-rata 6,5 cm.

5.2  Saran

Saran yang dapat saya ajukan pada praktikum ini yaitu sebaiknnya praktium ini dilaksanakan dengan waktu yang cukup lama sehingga mahasiswa dapat lebih memahami tentang tingkah laku ayam kampung.

DAFTAR PUSTAKA

Hutt, F.B. 1949. Genetics of the Fowl. McGraw-Hill Book Company, Inc. New York, Toronto, London

Nozawa, K. 1980. Phylogenetic Studies on Native Domestic an Animal in East and Shoutheast Asia. Tropical Agriculture Research Center, Japan IV : 23.

Mansjoer, S.S. 1985. Pengkajian sifa-sifat produksi ayam kampung beserta persilangannya dengan Rhode Island Red. Disertasi. Fakultas Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

Rasyaf, M. 1987. Beternak Ayam Kampung. Penerbit penebar swadaya, Jakarta.

Sarwono. B. 2005. Beternak Ayam Buras Pedaging dan Petelur. Edisi Revisi. Jakarta Soeharsono. 1976.