1.1 Pembuka
Semantik di dalam bahasa Indonesia berasal dari
bahasa inggris semantics, dari bahasa
yunani sema (nomina) ‘tanda’: atau dari verba samaino ‘menandai’, ‘berarti’. Istilah
tersebut digunakan para pakar bahasa untuk menyebut bagian ilmu bahasa yang
mempelajari ilmu makna. Semantic merupakan bagian dari tiga tataran bahasa yang
meliputi fonologi, tata bahasa (morfologi-sintaksis) dan semantic.
Konsep baru tentang grammar (tata bahasa) yang
meliputi tiga unsur utama yaitu etimologi, studi asal-usul kata sehubungan
dengan perubahan bentuk maupun makna, sintaksis, tata kalimat dan semasiologi,
ilmu tanda (makna).
Berdasarkan pemikiran Reisig, maka perkembangan
semantic dapat dibagi dalam tiga masa pertumbuhan, yakni:
1) Masa
pertama, meliputi setengah abad termasuk di dalamnya kegiatan Reisig; masa ini
disebut Ullman sebagai “underground
period”
2) Masa
kedua, yakni semantic sebagai ilmu murni historis, adanya pandangan historical semantics, dengan munculnya
karya klasik Breal(1883).
3) Masa
perkembangan ketiga, studi makna ditandai dengan munculnya karya filolog Swedia
Gustaf Stern yang berjudul “ Meaning and
change of meaning with special reference to the English language.
Antropologi berperan dalam semantic antara lain
karena analisis makna di dalam bahasa dapat menyajikan klasifikasi budaya
pemakai bahasa secara praktis. Filsafat berhubungan erat dengan semantic karena
persoalan makna tertentu yang dapat dijelaskan secara filosofis. Psikologi
berhubungan dengan semantic, karena psikologi memanfaatkan gejala kajiwaan yang
ditampilkan manusia secara verbal atau nonverbal. Sosiologi berkepentingan
dalam semantic karena ungkapan atau ekspresi tertentu dapat menandai kelompok
social atau identitas.
1.2 Ruang
Lingkup Semantik
Seperti dinyatakan terdahulu bahwa semantic dapat
mencakup bidang yang lebih luas, baik dari segi struktur dan fungsi bahasa
maupun dari segi interdisiplin bidang ilmu.
Semantic adalah studi suatu pembeda bahasa dengan
hubungan proses mental atau simbolisme dalam aktivitas bicara (Ency Britanica,
1965)
Bahasa adalah suatu system yang harus dipelajari
seseorang dari orang lain yang menjadi anggota masyarakat peenutur bahasa
tersebut.
1.3 Istilah
Makna
Makna
adalah pertautan yang ada di antara unsur-unsur bahasa itu sendiri (terutama
kata-kata). Mengkaji atau menyebutkan makna suatu kata adalah memahami kajian
kajian makna tersebut yang berkenaan dengan hubungan-hubungan makna yang
membuat kata tersebut berbeda dengan kata lain.
Makna
sebagai penghubung bahasa dengan dunia luar sesuai dengan kesepakatan para
pemakainya sehingga dapat saling mengerti. Makna memiliki tiga tingkatan
keberadaan yakni:
1) Pada
tingkat pertama makna menjadi isi dari suatu bentuk kebahasaan.
2) Pada
tingkat kedua, makna menjadi isi dari suatu kebahasaan.
3) Pada
tingkat ketiga, makna menjadi isi komunikasi dengan mampu membuahkan informasi
tertentu.
1.4 Semantik
dan Linguistik
Linguistik memiliki dua pemahaman di dalam bahasa
Indonesia, sebagai terjemahan bahasa inggris yakni (1) ilmu bahasa, (2) bahasa
sebagai objek ilmu bahasa.
Linguistic membatasi diri dalam garapan bentuk dan
makna, sedangkan acuan bergantung pada pengalaman penutur bahasa itu sendiri.
Semantic lebih menitikberatkan pada bidang makna dengan berpengkal dari acuan
dan bentuk (simbol).
Kata yang dapat di mengerti secara efektif bukanlah
unsur satu-satunya yang memiliki korelasi dengan makna. Pada kenyataannya bukan
satuan yang dipelajari anak-anak dalam mengilhami asosiasi acuan.
1.5 Sipat
Sejarah Semantik
Semantic dapat menampilkan sesuatu yang abstrak dan
apa yang ditampilka oleh semantic sekadar membayangkan kehiduapan mental
pemakai bahasa. Kehidupan mental pemakai bahasa tentu sangat luas karena
pemakai bahasa dapat ditinjau sebagai makluk
individual sekaligus makhluk social.
1.6 Semantik,
Filsafat, dan Psikologi.
Semantic seperti dinyatakan terdahulu berhubungan
dengan ilmu-ilmu lain. Dalam hal ini di ungkapkan hubungan semantic dengan
filsafat dan psikologi.
Semantic mempelajari kebermaknaan kata dan satuannya
atau kelompok kata yang bersifatverbal. Seorang psikolog menjelaskan semantic
dengan berbagai cara.
Ahli semantic, filsafat, dan psikologi, ketiganya
menggunakan bahasa sebagai alat. Bahasa berfungsi simbolik, emotik dan afektif.
Bahasa memiliki
kekurangan untuk menjalankan fungsinya sebagai ilmu. Kekurangan tersebut adalah
akibat dari fungsi emotif dan afektif.
No comments:
Post a Comment