Oleh Adella di kolomkita.com
“Sis, lo
mau gak jadi cewek gua?”
Akhirnya
kalimat itu terucap juga dari mulut Andre, cowok yang belakangan ini mengisi
hari-hari Siska. Sejak Siska berkenalan dengan Andre sekitar enam bulan yang
lalu, Andre selalu membuat Siska bahagia. Meskipun perkenalan mereka saat itu tak
disengaja, tapi justru itu yang membuat Siska suka tersenyum sendiri ketika
mengingat peristiwa itu. Saat itu, Andre menelepon Siska untuk pertama kalinya,
tapi Andre bahkan tidak tahu yang mana gadis yang bernama Siska. Lucu. Semua
berkat Ryan, teman Andre yang ingin berkenalan dengan Siska namun tak ada nyali
untuk maju sendiri. Akhirnya Andre-lah yang menjadi tamengnya.“Sis?”
“Sis!” Andre berteriak di telepon.
“Sis!” Andre berteriak di telepon.
“Oh iya, sorry…” Siska tersadar
dari lamunannya.
Siska berpikir
sejenak walau dalam hati ia sangat senang sekali mendengar Andre menyatakan
perasaannya.
“Gua itung sampe 13 dan lo harus udah punya
jawabannya,” ucap Andre.
“Satu, dua, …. , tiga belas!!! Jadi?” tanya Andre penasaran.
“Satu, dua, …. , tiga belas!!! Jadi?” tanya Andre penasaran.
“Iya.”
***
“Cieee….
yang baru jadian senyum-senyum mulu dari tadi,” ejek Lisa.
Lisa
adalah teman baik Siska sejak mereka kelas 1 SMP. Sudah tiga tahun mereka
bersahabat, dan Lisa selalu ada untuk Siska, begitu pula sebaliknya. Tidak ada
yang mereka tidak ceritakan satu sama lain. Siska senang sekali mempunyai
sahabat seperti Lisa.
“Lisa!!!
Jangan gitu dong ah!” jawab Siska tersipu-sipu malu.
“Tapi
ngomong-ngomong lo ga bareng cowok lo? Mang belom waktunya anak SMA istirahat
ya?” tanya Lisa.
Memang,
Siska dan Andre jarang terlihat bersama di sekolah. Mungkin karena jadwal Siska
yang masih duduk di kelas 3 SMP agak sedikit berbeda dengan Andre yang sudah
duduk di kelas 1 SMA.
“Kayaknya
bentar lagi deh, Lis. Eh, tuh orangnya!” seru Siska sambil menunjuk ke arah
Andre yang sedang berdiri di dekat pintu kantin.
“Hai!”
sapa Andre sambil nyengir ketika mereka jalan berpapasan. Lalu, Andre langsung
jalan begitu saja tanpa berkata apa-apa lagi pada Siska.
“Apaan
tuh?!! Lo orang sebenernya pacaran apa kaga sih?” ucap Lisa kesal.
“Yah, dia
emang orangnya kayak gitu, Lis. Gengsian. Mau diapain lagi,” jawab Siska sambil
menghela napas.
“Ya tapi
kan lo ceweknya, Sis? Masa nyapa aja kaya gitu?!” ucap Lisa dengan nada yang
makin meninggi.
“Udahlah,
Lis. Justru karna gua sekarang udah jadi ceweknya, makanya gua harus lebih bisa
ngertiin dia,” Siska menjawab dengan tenang, meski dalam hati, Siska ingin
sekali seperti pasangan-pasangan lainnya. Mereka selalu menghabiskan
waktu bersama-sama tiap kali ada kesempatan. Namun Siska harus puas dengan
keadaannya sekarang.
Mungkin emang gua yang terlalu banyak mikir,
gua gak boleh terlalu banyak menuntut. Andre sayang sama gua dan itu udah
cukup, batin Siska.
***
Sis, kayaknya lebih baik kita putus aja…
Siska
membaca SMS dari Andre berkali-kali. Ia tidak percaya Andre tega memutuskannya
begitu saja. Selama tujuh bulan mereka berpacaran, Siska merasa sangat bahagia.
Meski kadang ia sangat ingin menghabiskan waktunya lebih banyak lagi bersama
Andre, tapi ia bisa menerima sepenuhnya, ia tidak mau menuntut lebih banyak
lagi.
“Udah
dong, Sis. Jangan nangis terus, mungkin dia emang bukan yang terbaik buat lo,”
hibur Lisa.
“Tapi gua
sayang banget sama dia, Lis. Dia gengsi ngomong ama gua, okay.. gua terima. Dia
malu kalo jalan bareng ama gua di sekolah, okay.. gua juga ngerti. Tapi gua gak
mau putus, Lis,” tutur Siska di sela-sela tangisnya.
Lisa
memeluk sahabatnya erat. Lisa ikut merasakan kesedihan yang sedang dirasakan
teman terbaiknya ini.
***
Dua tahun
sudah sejak Andre mengakhiri hubungan mereka. Sejak saat itu, mereka sama
sekali tidak berhubungan. Siska pernah sekali mendengar kabar tentang Andre
yang sudah mempunyai pacar baru. Siska sedih. Ia sedih karena hanya dua bulan
yang Andre butuhkan untuk melupakan dirinya dan kemudian menjalin hubungan
dengan orang lain. Terlebih lagi, Siska tidak menyangka bahwa orang lain itu
adalah Rini, adik kelasnya yang selalu mencuri-curi kesempatan untuk bisa
bersama Andre, bahkan ketika mereka masih berpacaran.
Brrr… Brrr… HP Siska bergetar.
1 received message
Lo mau gak jadi cewek gua lagi?
Siska
kaget membaca SMS dari Andre. Ya, Andre yang meninggalkannya dua tahun yang
lalu. Tiba-tiba Siska merasakan sakit hatinya kembali. Kemudian ia memutuskan
untuk mengabaikan SMS tersebut. Sejak saat itu, Andre mulai mengirim SMS lagi
untuk Siska. Hanya beberapa yang dibalas oleh Siska, itupun ia jawab sesingkat
mungkin.
Ini
berlangsung selama dua tahun, Andre mencoba untuk mendekati Siska kembali lewat
sms ataupun telepon. Akhirnya, ia memutuskan untuk bertemu dengan Siska. Siska
pun akhirnya setuju. Ketika mereka bertemu, mereka ngobrol seolah-olah tidak
pernah terjadi apa-apa. Mungkin mereka berdua sama-sama belum siap untuk
membahas peristiwa yang terjadi sekitar 4 tahun yang lalu itu.
“Gimana
kabar lo, Sis? Dah punya cowok baru blom?” tanya Andre penasaran.
“Baik.
Kenapa tanya-tanya?” sindir Siska.
“Gak
apa-apa, pengen tau aja,” jawab Andre enteng.
Mereka
berusaha menghabiskan hari itu senormal mungkin. Hingga sesampainya Siska di
rumah, ia menangis sendirian di kamarnya. Ia sadar, rasa sayangnya untuk Andre
belum hilang sepenuhnya. Padahal, ia telah mencoba begitu keras untuk menghapus
semua kenangannya bersama Andre.
Kenapa sih, Ndre? Kenapa lo mesti dateng lagi
ke kehidupan gua di saat gua udah mulai bisa ngelupain lo? Gua bener-bener
pengen ngelupain lo, tapi kenapa lo harus muncul lagi di depan gua? Kenapa,
Ndre? Kenapa? batin Siska sambil
menangis.
***
Kriiiinngg!
Telepon
rumah Siska berdering di saat hampir tengah malam.
“Halo?” jawab
Siska.
“Sis, gua
Andre…”
Siska bingung untuk apa Andre meneleponnya
tengah malam begini.
“Oh, hai. Ada apa?” tanya Siska.
“Oh, hai. Ada apa?” tanya Siska.
Andre
terdiam sejenak.
“Ndre?
Halo? Lo kenapa diem?” Siska heran.
“Sis,
mungkin gak ada kesempatan kedua buat gua? Gua tau gua salah, apa yang gua
lakuin empat tahun lalu itu seharusnya gak gua lakuin. Gua nyesel banget.
Gua pikir dengan jadian ama orang lain gua bisa ngelupain lo, ternyata gak. Lo
memang beda. Jujur aja, setelah kita putus, gua deket ama banyak cewek, bahkan
gua sempet jadian tiga kali. Tapi gua sadar gua gak bisa bohongin perasaan gua,
Sis.. Gua sayang ama lo…”
Siska terdiam. Tak terasa air mata menetes di
pipinya. Ia tidak tahan lagi.
“Kalo emang lo sayang ama gua, kenapa lo tetep jadian ama cewek-cewek lo? Kenapa baru sekarang lo bilang semua ini sama gua? Kenapa, Ndre?” Siska tak kuasa menahan tangisnya.
“Kalo emang lo sayang ama gua, kenapa lo tetep jadian ama cewek-cewek lo? Kenapa baru sekarang lo bilang semua ini sama gua? Kenapa, Ndre?” Siska tak kuasa menahan tangisnya.
“Gua tau
gua salah. Tapi gua bener-bener gak mau kehilangan lo lagi, Sis. Gua
bener-bener pengen lo ada di samping gua kaya dulu… Gua selalu nyari sosok diri
lo di semua cewek yang gua temuin, tapi mereka tetep bukan lo! Gua cuma mau lo!
Cuma lo yang bisa buat gua bahagia, cuma lo yang bisa buat gua ngerti dan
ngerasain cinta yang sebenernya,” ucap Andre.
“Sis, gua
bener-bener minta maaf,” lanjutnya.
Siska
hanya bisa menangis dan diam. Malam itu benar-benar malam yang membingungkan
bagi Siska. Di satu sisi, Siska masih amat sangat menyayangi Andre, tapi di
sisi lain dia masih ingat benar bagaimana sakit hatinya ketika Andre pergi
meninggalkan dirinya.
“Sis, gua
ngerti kalo lo belom bisa nerima gua. Gua cuma mau lo tau kalo gua bener-bener
sayang ama lo, dari dulu sampai sekarang. Gua mau kita kayak dulu lagi. Gua
nyesel banget kenapa gua waktu itu harus ninggalin lo. Gua ga tau lagi mesti
gimana, mudah-mudahan suatu saat lo bisa percaya ama gua.”
Siska menangis, lalu
tersenyum
No comments:
Post a Comment