Oleh: Maharani Cita Sari
Indonesia adalah negara yang
penduduknya padat dengan kombinasi lingkungan hidup yang rumit dan berbeda.
Perkembangan pesat telah menyebabkan degradasi lingkungan di wilayah permukiman
dan pertanian. Meluasnya penebangan hutan telah menyebabkan erosi yang serius
yang mengancam sumber daya pertanian, perikanan, air dan pesisir. Produksi dan
pengunaan plastik telah melampaui kemampuan infrastruktur pengelolaan sampah.
Walaupun di negara-negara berkembang seperti Australia, diperlukan satu generasi orang biasa untuk mengerti dampak dari polusi dan pengelolaan tanah yang salah, dan mendaur-ulang sampah dan tanggung jawab masyarakat pada lingkungan. Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia di mana pendidikan tingkat lingkungan masih rendah, hanya sedikit pengertian tentang dampak kerusakan terhadap lingkungan.
Walaupun di negara-negara berkembang seperti Australia, diperlukan satu generasi orang biasa untuk mengerti dampak dari polusi dan pengelolaan tanah yang salah, dan mendaur-ulang sampah dan tanggung jawab masyarakat pada lingkungan. Di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia di mana pendidikan tingkat lingkungan masih rendah, hanya sedikit pengertian tentang dampak kerusakan terhadap lingkungan.
Sangat sulit untuk merubah sikap dan
kebiasaan orang dewasa. Hanya waktu generasi anak-anak belajar tentang
pentingnya pengelolaan lingkungan pada tingkat masyarakat dan membawa informasi
ini pulang maka roda perubahan bisa mulai dibelokkan.
Dalam lingkungan pendidikan formal,
proses perkembangan
lembaga pendidikan keluarga dan masyarakat mengalami perkembangan
sesuai dengan kemajuan kebudayaan dan peradaban manusia. Lembaga
pendidikan dalam bentuk sekolah formal ini berkembang juga dengan
adanya perubahan stuktur dan fungsi masyarakat, dimana sekolah akan
melayani pendidikan formal, seperti taman kanak-kanak, sekolah dasar,
dan sampai tingkat pendidikan tinggi. Lembaga ini meneruskan
penguasaan anak terhadap nilai dan norma yang telah didapat dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat. Pendidikan formal dituntut untuk
dapat mengenalkan, belajar, dan memahami lingkungan sosial yang ada.
Pendidikan formal ini mengupayakan pada anak dalam rangka
pertumbuhan dan perkembangan anak tidak hanya secara emosional
maupun sosial, melainkan juga pada penguasaan dan perkembangan
intelektualitasnya. Melalui proses pendidikan formal, seorang anak dapat
memiliki sikap, pengetahuan, maupun keterampilan yang semuanya
merupakan wujud abstrak dari kebudayaan. Proses pendidikan dapat
memperkuat penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan sosial yang
baru.
Pendidikan formal merupakan kegiatan pendidikan yang
dilaksanakan secara formal dalam suatu lembaga pendidikan
formal, yang bertugas meneruskan penguasan anak terhadap nilai
dan norma yang telah didapat dalam lingkungan keluarga
dan masyarakat, untuk dikembangkan dalam rangka
meneruskan dan mempertahankan kebudayaan.
Dalam pada itu, pendidikan formal memiliki aturan-aturan yang
jelas. Sebagai pusat kegiatannya adalah sekolah yang memiliki izin resmi
dalam penyelenggaraannya. Adapun ciri-ciri pendidikan formal adalah
sebagai berikut.
a) Pendidikan berlangsung dalam ruang kelas yang sengaja dibuat oleh
lembaga pendidikan formal.
b) Guru adalah orang yang ditetapkan secara resmi oleh lembaga.
c) Memiliki administrasi dan manajemen yang jelas.
d) Adanya batasan usia sesuai dengan jenjang pendidikan.
e) Memiliki kurikulum formal.
f) Adanya perencanaan, metode, media, serta evaluasi pembelajaran.
g) Adanya batasan lama studi.
h) Kepada peserta yang lulus diberikan ijazah.
i) Dapat meneruskan pada jenjang yang lebih tinggi.
lembaga pendidikan keluarga dan masyarakat mengalami perkembangan
sesuai dengan kemajuan kebudayaan dan peradaban manusia. Lembaga
pendidikan dalam bentuk sekolah formal ini berkembang juga dengan
adanya perubahan stuktur dan fungsi masyarakat, dimana sekolah akan
melayani pendidikan formal, seperti taman kanak-kanak, sekolah dasar,
dan sampai tingkat pendidikan tinggi. Lembaga ini meneruskan
penguasaan anak terhadap nilai dan norma yang telah didapat dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat. Pendidikan formal dituntut untuk
dapat mengenalkan, belajar, dan memahami lingkungan sosial yang ada.
Pendidikan formal ini mengupayakan pada anak dalam rangka
pertumbuhan dan perkembangan anak tidak hanya secara emosional
maupun sosial, melainkan juga pada penguasaan dan perkembangan
intelektualitasnya. Melalui proses pendidikan formal, seorang anak dapat
memiliki sikap, pengetahuan, maupun keterampilan yang semuanya
merupakan wujud abstrak dari kebudayaan. Proses pendidikan dapat
memperkuat penyesuaian diri seseorang terhadap lingkungan sosial yang
baru.
Pendidikan formal merupakan kegiatan pendidikan yang
dilaksanakan secara formal dalam suatu lembaga pendidikan
formal, yang bertugas meneruskan penguasan anak terhadap nilai
dan norma yang telah didapat dalam lingkungan keluarga
dan masyarakat, untuk dikembangkan dalam rangka
meneruskan dan mempertahankan kebudayaan.
Dalam pada itu, pendidikan formal memiliki aturan-aturan yang
jelas. Sebagai pusat kegiatannya adalah sekolah yang memiliki izin resmi
dalam penyelenggaraannya. Adapun ciri-ciri pendidikan formal adalah
sebagai berikut.
a) Pendidikan berlangsung dalam ruang kelas yang sengaja dibuat oleh
lembaga pendidikan formal.
b) Guru adalah orang yang ditetapkan secara resmi oleh lembaga.
c) Memiliki administrasi dan manajemen yang jelas.
d) Adanya batasan usia sesuai dengan jenjang pendidikan.
e) Memiliki kurikulum formal.
f) Adanya perencanaan, metode, media, serta evaluasi pembelajaran.
g) Adanya batasan lama studi.
h) Kepada peserta yang lulus diberikan ijazah.
i) Dapat meneruskan pada jenjang yang lebih tinggi.
sumber: Pendidikan Formal & Pendidikan Non-Formal http://id.shvoong.com/social-sciences/sociology/2142430-pendidikan-formal-pendidikan-non-formal/#ixzz1IY5z8nly
PERANAN GURU DALAM
PENDIDIKAN LINGKUNGAN FORMAL
SEPERTI: PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN
1.Peran guru
sebagai sumber belajar:
Peran guru dalam pembelajaran merupakan peran sangat penting yang berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Baik tidaknya seorang guru bisa dilihat dari penguasaan materi pelajaran. Dalam proses pembelajaran hendaknya guru melakukan hal-hal sebagai berikut:
Peran guru dalam pembelajaran merupakan peran sangat penting yang berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran. Baik tidaknya seorang guru bisa dilihat dari penguasaan materi pelajaran. Dalam proses pembelajaran hendaknya guru melakukan hal-hal sebagai berikut:
- Guru hendaknya memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan dengan siswa. Hal ini untuk menjaga agar guru memiliki pemahaman yang lebih baik tentang materi yang akan dikaji bersama siswa. Dalam perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat didapatkan. Oleh karena itu, untuk menjaga agar guru tidak ketinggalan informasi, sebaiknya guru memilki bahan-bahan referensi yang lebih banyak. Misalnya melacak bahan-bahan dari internet, atau bahan cetak terbitan terakhir atau berbagai informasi dari media masa.
- Guru dapat menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa yang biasanya memiliki kecepatan belajar diatas-rata-rata siswa yang lain.
- Guru perlu melakukan pemetaan tentang materi pelajaran misalnya dengan menentukan mana materi inti yang wajib dipelajari siswa, mana materi tambahan, mana materi yang harus diingat kembali karena pernah dibahas, dan lain sebagainya.
2. Peran guru sebagai fasilitator
Dalam konteks pendidikan, istilah fasilitator semula lebih banyak diterapkan untuk kepentingan pendidikan orang dewasa (andragogi), khususnya dalam lingkungan pendidikan nonformal. Namun sejalan dengan perubahan makna pengajaran yang lebih menekankan pada aktivitas siswa, belakangan ini di Indonesia istilah fasilitator pun mulai diadopsi dalam lingkungan pendidikan formal di sekolah, yakni berkenaan dengan peran guru pada saat melaksanakan interaksi belajar mengajar. Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
Peran sebagai fasilitator guru memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar dapat melaksanakan peran sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipahami, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber pembelajaran.
Dalam konteks pendidikan, istilah fasilitator semula lebih banyak diterapkan untuk kepentingan pendidikan orang dewasa (andragogi), khususnya dalam lingkungan pendidikan nonformal. Namun sejalan dengan perubahan makna pengajaran yang lebih menekankan pada aktivitas siswa, belakangan ini di Indonesia istilah fasilitator pun mulai diadopsi dalam lingkungan pendidikan formal di sekolah, yakni berkenaan dengan peran guru pada saat melaksanakan interaksi belajar mengajar. Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa sebagai fasilitator, guru berperan memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran.
Peran sebagai fasilitator guru memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar dapat melaksanakan peran sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran, ada beberapa hal yang harus dipahami, khususnya hal-hal yang berhubungan dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber pembelajaran.
- Guru perlu memahami berbagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi masing-masing media tersebut. Pemahaman akan fungsi medai sangat diperlukan, belum tentu suatu media cocok digunakan untuk mengajarkan semua bahan pelajaran.
- Guru perlu memiliki keterampilan dalam merancang suatu media. Kemampuan merancang media merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki seorang guru yang profesional.
- Guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat memanfaatkan berbagai sumber belajar. Perkembangan teknologi informasi menuntut setiap guru untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi.
- Guru hendaknya mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa.
Oleh karena itu, agar guru dapat
menjalankan perannya sebagai fasilitator sebaiknya guru dapat memenuhi
prinsip-prinsip belajar yang dikembangkan dalam pendidikan, yaitu bahwa siswa
akan belajar dengan baik apabila:
- Siswa secara penuh dapat mengambil bagian dalam setiap aktivitas pembelajaran.
- Apa yang dipelajari bermanfaat dan praktis (usable).
- Siswa mempunyai kesempatan untuk memanfaatkan secara penuh pengetahuan dan keterampilannya dalam waktu yang cukup.
- Pembelajaran dapat mempertimbangkan dan disesuaikan dengan pengalaman-pengalaman sebelumnya dan daya pikir siswa.
- Terbina saling pengertian, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa.
Di samping itu, guru sebaiknya dapat
memperhatikan karakteristik-karakteristik siswa yang akan menentukan
keberhasilan belajar siswa, diantaranya:
- Setiap siswa memiliki pengalaman dan potensi belajar yang berbeda-beda.
- Setiap siswa memiliki tendensi untuk menentukan kehidupannnya sendiri.
- Siswa lebih memberikan perhatian pada hal-hal menarik baginya dan menjadi kebutuhannnya.
- Apabila diminta menilai kemampuan diri sendiri, biasanya cenderung akan menilai lebih rendah dari kemampuan sebenarnya.
- Siswa lebih menyenangi hal-hal yang bersifat konkret dan praktis.
- Siswa lebih suka menerima saran-saran daripada diceramahi.
- Siswa lebih menyukai pemberian penghargaan (reward) dari pada hukuman (punishment).
Di
samping beberapa petunjuk cara membangkitkan motivasi belajar siswa di atas,
adakalanya motivasi itu juga dapat dibangkitkan dengan cara-cara lain yang
sifatnya negatif seperti memberikan hukuman, teguran, dan kecaman, memberikan
tugas yang sedikit berat (menantang). Namun, teknik-teknik semacam itu hanya
bisa digunakan dalam kasus-kasus tertentu. Beberapa ahli mengatakan dengan
membangkitkan motivasi dengan cara-cara semacam itu lebih banyak merugikan
siswa. Untuk itulah seandainya masih bisa dengan cara-cara yang positif,
sebaiknya membangkitkan motivasi dengan cara negatif dihindari.
MANFAAT
DALAM MEMPELAJARI SISITEM PENDIDIKAN LINGKUNGAN FORMAL
Dengan
kita belajar pendidikan lingkungan formal, kita bisa tahu pendidikan yang baik
dan berpendidikan. Disamping itu kita bisa tau orang yang membimbing atau
pendidik. Interaksi dengan peserta didik dengan pendidik secara baik dan sopan.
Selain
itu kita bisa mengetahui pendidikan formal dengan kualitas yang baik dan jelas.
Serta dalam pendidikan formal peran guru sangat dibutuhkan untuk perkembangan
pendidikan dinegara kita.
Selain
itu kualitas seorang pengajar yang baik turut menentukan keberhasilan
pendidikan untuk generasi penerus bangsa. Oleh karena itu guru sangat dituntut
untuk perkembangan lingkungan formal untuk zaman sekarang dalam mengelola
kepribadian siswa dengan kulaitas yang baik.
No comments:
Post a Comment