NI KADEK SEPRIANI
Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang
terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar,
pendidikan menengah,
dan pendidikan tinggi.
Mengenyam pendidikan pada institusi pendidikan formal yang diakui oleh lembaga
pendidikan negara adalah sesuatu yang wajib dilakukan di Indonesia. Mulai dari
anak tukang sapu jalan, anak tukang dagang martabak mesir, anak tukang jambret,
anak pak tani, anak bisnismen, anak pejabat tinggi negara, dan sebagainya harus
bersekolah minimal selama 9 tahun lamanya hingga lulus SMP.
Manfaat dan Fungsi
Belajar di Sekolah dan di Perguruan Tinggi :
1.
Melatih Kemampuan
Kemampuan Akademis Anak (Biar Pintar)
Dengan melatih serta
mengasah kemampuan menghafal, menganalisa, memecahkan masalah, logika, dan lain
sebagainya maka diharapkan seseorang akan memiliki kemampuan akademis yang baik.
Orang yang tidak sekolah biasanya tidak memiliki kemampuan akademis yang baik
sehingga dapat dibedakan dengan orang yang bersekolah. Kehidupan yang ada di
masa depan tidaklah semudah dan seindah saat ini karena dibutuhkan perjuangan
dan kerja keras serta banyak ilmu pengetahuan.
2.
Menggembleng dan
Memperkuat Mental, Fisik dan Disiplin
Dengan mengharuskan
seorang siswa atau mahasiswa datang dan pulang sesuai dengan aturan yang
berlaku maka secara tidak langsung dapat meningkatkan kedisiplinan seseorang.
Dengan begitu padatnya jadwal sekolah yang memaksa seorang siswa untuk belajar
secara terus-menerus akan menguatkan mental dan fisik seseorang menjadi lebih
baik.
3.
Memperkenalkan
Tanggung Jawab
Tanggung jawab
seorang anak adalah belajar di mana orangtua atau wali yang memberi nafkah.
Seorang anak yang menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik dengan
bersekolah yang rajin akan membuat bangga orang tua, guru, saudara, famili, dan
lain-lain.
4.
Membangun Jiwa
Sosial dan Jaringan Pertemanan
Banyaknya teman yang
bersekolah bersama akan memperluas hubungan sosial seorang siswa. Tidak menutup
kemungkinan di masa depan akan membentuk jaringan bisnis dengan sesama teman di
mana di antara sesamanya sudah saling kenal dan percaya. Dengan memiliki teman
maka kebutuhan sosial yang merupakan kebutuhan dasar manusia dapat terpenuhi
dengan baik.
5.
Sebagai Identitas
Diri
Lulus dari sebuah
institusi pendidikan biasanya akan menerima suatu sertifikat atau ijazah khusus
yang mengakui bahwa kita adalah orang yang terpelajar, memiliki kualitas yang
baik dan dapat diandalkan. Jika disandingkan dengan orang yang tidak
berpendidikan dalam suatu lowongan pekerjaan kantor, maka rata-rata yang
terpelajarlah yang akam mendapatkan pekerjaan tersebut.
6.
Sarana Mengembangkan Diri dan Berkreativitas
Seorang siswa dapat
mengikuti berbagai program ekstrakurikuler sebagai pelengkap kegiatan akademis
belajar mengajar agar dapat mengembangkan bakat dan minat dalam diri seseorang.
Semakin banyak memiliki keahlian dan daya kreativitas maka akan semakin baik
pula kualitas seseorang. Sekolah dan kuliah hanyalah sebagai suatu mediator
atau perangkat pengembangan diri. Yang mengubah diri seseorang adalah hanyalah
orang itu sendiri.
Namun
kebanyakan manusia setelah mengetahui fungsi dan makna pendidikan yang sebenarnya, mereka tidak menerapkannya
untuk kebaikan dan memanfaatkannya guna membantu pebangunan moral manusi yang
berpendidikan yang telah lama hilang, namun malah sebaliknya. Manusia,
selayaknya makhluk sosial, yang notabennya disempurnakan oleh akal dan nafsu,
juga sebagai khalifah untuk menjaga kearifan dan kelangsungan hidup seluruh
makhluk dibumi. Manusia, selayaknya menjadi makluk yang paling
arif dan bijaksana, mengutamakan nilai-nilai moral yang benar, menegakkan
kebenaran, dan berprilaku baik terhadap sesama. Namun, tidak bagi
kebanyakan manusia. Kodrat sebagai khalifah yang menjaga kebenaran,
memberi contoh prilaku bijak dan
lembut, berganti dengan kesemerautan akhlak yang makin
merosot. Bukankah Tuhan telah menganugerahi akal? Bukankah manusia diberi
kemampuan lebih untuk menjadi orang baik?
Tuntunan
berubah menjadi tontonan, kebenaran dirusak dan dicemari
kebatilan yang dibenarkan, umat manusia semakin modern namun semakin
brutal, alam menjadi tempat berpijak dan mengais nafkah
terus disedot dengan cara-cara serakah, agama tinggallah
tameng untuk menyembunyikan kebusukan moral,
pendidikan tinggi dijadikan dasar untuk memeras secara
terselubung terhadap hak-hak kaum lemah. Kita semua telah salah langkah,
kita telah kesasar kealam kehancurana, meski gedung
bertingkat, lampu-lampu gemerlap, toko dan supermarket menyuguhi
segala kebutuhan, kita bangun tanpa henti. Kita terlalu malu untuk menjaga
kebenaran dan terlalu penakut untuk berkata benar, itulah
manusia akhir zaman.
Manusia, selayaknya sebagai penggali
ilmu pengetahuan, pendidikan tinggi hanya sebagai pelengkap gelar
akademis, biar mendapat pengakuan “inilah
orang pintar dan berilmu” namun bobrok dan tak bermoral. Sulitkah
untuk manusia menjadi makhluk yang bijaksana? Sulitkah bagim anusia
untuk menjadi orang baik? Sulitkah bagi kita
menegakkan dan tunduk pada kebenaran? Manusia, makluk bernyawa
lengkap bersama akal dan nafsu, yang mampu bertindak
apa saja, jika Tuhan berkehendak.
Kasihan! Sungguh memilukan,
manusia akhir zaman gemar berperang dan saling
menjatuhkan. Gemar membangun, namun cinta pada kehancuran.
Hutan belantara yang ganas, disulap menjadi kota yang ramai,
rawa yang penuh racun dan hewan liar, diubah menjadi taman yang
indah, semua dilakukan bertahun-tahun, menghabiskan waktu, tenaga dan
biaya yang cukup banyak, namun hanya karena ego kepentingan,
semua dihancurkan hanya hitungan jam. Itulah mannusia, begitu mencintai perdamaian namun beramai-ramai
menciptakan senjata super canggih yang bisa membunuh lawan, manusia
mencintai ketentraman namun mudah terpancing untuk menyerang dan
menginvasi sesama manusia.
Apa artinya pendidikan yang
lebih tinggi dibangun, universitas didirikan dengan
megah dan kokoh, namun pada akhirnya tidak melahirkan
manusia yang jiwanya kokoh, bahkan makin terjerumus pada zona
kesombongan. Apa yang disombongkan? Semua akan hilang dimuka
bumi. Apa yang disombongkan, pada dasarnya kita lahir miskin dan
mati pun dalam keadaan miskin. Apa yang disombongkan? Sementara kita
butuh orang lain untuk bersosial. Andaikan saja manusia yang berpendidikan
tinggi dan setiap orang yang berpendidikan mampu mengambil dan menerapkan ilmu bijak dari alam seperti
uraian contoh berikut ini:
1. Ilmu Padi, semakin berisi semakin merunduk
Semakin
berisi semakin merunduk
Bersediakah kita seperti padi, makluk yang hidup dan diam
ditempat, diterpa angin, panas, hujan, dingin, bahkan hama? Namun padi tetaplah
merunduk dan memberi petunjuk pada kita, bahwa kita TIDAK BOLEH SOMBONG meski
kita berilmu tinggi. Semakin tinggi ilmunya, sepantasnya akan semakin
bermanfaat bagi orang lain, selayaknya padi bermanfaat bagi
manusia dan hewan.
2. Ilmu Air, air mengalir dari tempat yang lebih tinggi
menuju tempat yang lebih rendah.
Air, merupakan bagian
penting dalam hidup kita, karena itu, air sangat bermanfaat,
untuk memenuhi kebutuhan kita, mengairi sawah, menyuburkan
tanaman, bahkan kita makan pun tak lepas dari air. Air
mengalir dari ketinggian puncak
kemudian menyatu dalam lautan, itulah hakikat yang diajarkan
alam, setinggi apapun ilmu kita, akan lebih bermanfaat bila kita duduk bersama
, menjaga keharmonisan dan kehormatan, bersatu bukan bersatu-satu, menjadi
sumber kebaikan, selayaknya air menjadi sumber kehidupan.
3. Ilmu Matahari
Matahari sangatlah berguna
bagi kesehatan manusia,
menjadi salah satu sumber kehidupan, dan juga
mengajarkan kepada manusia bagaimana menghitung waktu. Matahari terus menerangi
dunia tanpa lelah, terus berputar menjalankan tugasnya menyinari bumi, memberi
cahaya ke bulan sehingga bulan pun memantulkan cahaya ke bumi. Bayangkan, apa
jadinya kehidupan tanpa ada matahari, apakah kita bisa mengeringkan pakaian,
atau bisakah tumbuhan melakukan fotosisntesis? Dengan matahari, Tuhan pun
menganugerahkan matahari, sehingga manusia mampu menciptakan alat tenaga
surya.
4. Ilmu Kelapa, semakin tinggi semakin bermanfaat
Perhatikan tanaman
kelapa, perhatikan baik-baik, pohon ini terus berdiri melawan hari,
menahan terpaan angin, guyuran hujan, dan terik matahari. Namun
diatas tantangan yang dihadapinya, dia terus memberikan manfaat kepada makluk
hidup, manusia membutuhkan buahnya untuk kebutuhan sehati, semua bagian dari
kelapa sangat berguna, buah untuk makanan, jaring dan daunnya untuk rumah
tangga, misalnya dibuat sapu, dahannya tempat bertengger burung yang melepas
lelah, akar menjadi obat mujarab, air niranya menjadi gula yang manis,
batangnya baik untuk mengokohkan rumah kita.
Bukankah lebih mulia lagi kalau manusia mampu
seperti kelapa? Yang dapat memberikan manfaat bagi orang lain?
Kita sebenarnya lebih mulia dari pada kelapa, namun
kerena kesombongan, maka kita lebih rendah dari kelapa yang tak
lagi berbuah.
Sungguh sebuah kemunduran bagi
manunusia modern yang notabennya berpendidikan tinggi namun tak bermoral.
Manfaat yang saya peroleh setelah mempelajari pendidikan
formal:
·
saya menjadi lebih tahu tentang apa itu pendidikan formal
·
saya menjai tahu apa fungsi dan manfaat pendidikan formal
yang sebenarnya
·
dan saya menjadi tahu bagaimana kondidi manusia
berpendidikan di Indonesia khususnya yang mana manusia indonesi yang
berpendidikan tinggi telah kehilangan moral dan menjadi kondisi yang sangat
menyedihkan bagi umat manusia yang berpendidikan tinggi.
Daftar pustaka
Sumber buku:
Raymond Murphy. 2004. Pendidikan moral dan etika. Jakarta :
penerbit generasi cerdas.
Sumber internet:
http://pendidikan formal.com/
http://moral manusi berpendidikan tinggi.com/
http://www.ilmu bijak dari alam.com/
No comments:
Post a Comment