I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Annelida yang sering juga di sebut Annulata
adalah cacing yang bersigmen, hidup dalam air tawar, air laut, dan di
darat. Beberapa di antaranya hidup
sebagai parasit. Pada annelida terdapat
selom, yang oleh septum-septum transversal di bagi menjadi
kopartemen-kompartemen. Hewan-hewan itu
mempunyai sistem digesti, saraf, eksresi, dan reproduksi yang majemuk. Sistem-sistem tersebut biasanya bersifat mata
merik baik seluruhnya atau sebagian.
Sistem perototan biasanya diataur segmental. Sebagian besar annelida mempunyai sistem
pembuluh yang di dalamnya terdapat darah yang bersikulasi. Hewan-hewan itu bersifat diesius atau
hermafrodit, walaupun pada beberapa jenis terjadi reproduksi aseksual. Kebanyakan annelida menghasilkan larva yang
bersilia dan disebut larva trokofor.
(Brotowidjoyo, 2001)
Phylum Annelida mencakup berbagai
jenis cacing yang mempunyai ruas-ruas sejati, seperti Nereis, cacing tanah dan
lintah. Berasal dari bahasa latin “annelus” berarti cincin kecil-kecil dan
“oidos” berarti bentuk, karena bentuk cincin seperti sejumlah besar cincin
kecil yang diuntai. Terdapat di laut, air tawar, dan darat. Ciri khas phylum
Annelida ialah tubuh yang terbagi menjadi ruas-ruas (segment) yang sama baik di
bagian luar maupun bagian dalam kecuali saluran pencernaan dan tersusun
sepanjang sumbu antero-posterior. Pada
metamerisma yang sempurna. Semua organ
pembuluh darah, syaraf, alat ekskresi dan gonad terdapat pada tiap ruas. Segmentasi pada Annelida tidak hanya membagi
otot dinding tubuh saja melainkan juga menyekat rongga tubuh ataucoelom dengan
sekatan yang disebut septum, jamak septa.
Tiap septum terdiri atas dua lapis periotoneum, masing-masing berasal
dari ruas di muka dan dibelakangnnya (Aslan dkk.,2007).
Phylum Annelida terdiri dari sekitar 75.000
spesies, meliputi 3 kelompok besar, yaitu Polychaeta, Oligochaeta, dan
Harudinea, serta dua kelompok kecil, yaitu Aeolosamata, dan Branchiobdella.
(Suwignyo dkk., 2005).
Polychaeta adalah kelompok hewan
invertebrata terbesar, yaitu sekitar 8000 spesies, kelompok terbesar ditemukan
di laut. Bentuk yang khas dari
polychaeta adalah bentuk tubuhnya yang beruas-ruas dan setiap ruasnya terdapat
sepasang parapodia. Jenis cacing
polychaeta umumnya banyak ditemui di daerah pantai, beberapa jenis hidup di
bawah batu, dalam lubang dan liang di dalam batu karang, dalam lumpur dan
lainnya hidup dalam tabung yang terbuat dalam bahan. Cacing laut (Nereis sp.) merupakan salah satu jenis spesies dari kelas polycheata yang memiliki
potensi cukup besar untuk dikembangkan karena jenis cacing ini tergolong
ekonomis penting karena mempunyai nilai jual yang cukup tinggi. (Romimohtarto
dan Juwana, 2001).
Berdasarkan hal yang
disebutkan diatas, maka dilaksanakan praktikum phylum annelida agar para
praktikan dapat mengetahui secara langsung contoh-contoh spesies dari phylum
annelida. Dimana pada praktikum kali ini
organisme yang akan menjadi bahan pengamatan adalah cacing tanah dan cacing
laut.
B. Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum ini adalah sebagai
berikut :
1. Untuk melihat secara langsung tentang
morfolgi dan anatomi phylum Annleida darat dan laut.
2. Dapat membedakan Annelida darat dan Annelida
laut.
3. Untuk
mengetahui peranan Annelida yang penting bagi perikanan.
Kegunaan dari praktikum ini adalah praktikan dapat melihat
secara langsung contoh-contoh spesies dari phylum annelida, dapat menggambarkan
morfologinya, serta dapat mengetahui peranan spesies tersebut bagi perikanan.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Klasifikasi
1. Cacing Laut (Nereis sp.)
Gambar 12.
Morfologi Cacing Laut (Nereis sp.)
Klasifikasi cacing laut (Nereis
sp.) menurut
Suwignyo dkk. (2005) adalah :
Kingdom :
Animalia
Phylum : Annelida
Kelas : Polychaeta
` Sub kelas :
Errantia
Famili
: Nereidae
Genus : Nereis
Spesies
: Nereis sp.
2. Cacing Tanah (L. Terestris)
Gambar 13. Morfologi Cacing
Tanah (L. Terestris)
Klasifikasi
cacing laut (L. terestris) menurut Suwignyo dkk. (2005) adalah :
Kingdom :
Animalia
Phylum : Annelida
Kelas
: Clitellata
Sub kelas : Oligochaeta
Ordo : Haplotaxida
Sub ordo : Lumbricina
Famili : Lumbricidae
Genus : Lumbricus
Spesies : Lumbricus terestris
2.2. Morfologi
dan Anatomi
Bentuk morfologi dan anatomi pada cacing laut sangat
beragam. Umumnya berukuran 5-10 cm
dengan diameter 2-10 mm. Pada tiap sisi
lateral ruas tubuhnya kecuali kepala dan bagian ujung posterior, terdapat sepasang parapodia dengan sejumlah
besar setae yang terdiri atas notopodium dan neuropodium, masing-masing
disangga oleh sebuah batang khitin yang disebut acicula. Pada notopodium terdapat cirrus dorsal dan
pada neuropodium terdapat cirrus ventral.
Bentuk parapodia dan setae pada setaip jenis tidak sama. Pada prostomium terdapat mata, antena dan
sepasang palp (Suwignyo dkk.,
2005).
2.
Cacing tanah (L. terestris)
Pada umumnya jumlah ruas tidak tetap, bervariasi sekitar 25%. Ruas-ruas tubuh cacing dewasa dapat
di katakan sama bentuk dan ukurannya, kecuali bagian anterior dan poterior Setengah
dari ruas ujung paling anterior merupakan prostomium , yang adakalanya
memanjang seperti belali. Jumlah ruas
atau somit pada cacing dewasa antara 115-200 buah, ruas pertama adalah
prostomium yang mengandung mulut, dan ruas terakhir terdapat anus. Pada tiap ruas terdapat 4 rumpun setae, 2
rumpun pada dorso-lateral dan 2 rumpun pada ventro-lateral(Aslan dkk., 2007).
C. Habitat dan Penyebaran
Cacing laut (Nereis sp.) banyak
ditemui di pantai, sangat banyak terdapat pada pantai cadas, paparan lumpur dan
sangat umum ditemui di pantai pasir.
Beberapa jenis hidup di bawah batu, dalam lubang lumpur dan liang di
dalam batu karang, dan ada juga yang terdapat pada air tawar sampai 60 km dari laut, seperti di
Bogor. Cacing tanah (L. terestris) kebanyakan terdapat di air tawar, beberapa di
air tawar , di laut, air payau dan darat.
Jenis akuatik umumnya terdapat pada daerah dangkal yang kurang dari 1 m,
beberapa membuat lubang dalam lumpur, atau sebagai aufwuchus pada tumbuhan air
yang tenggelam, adapula yang membuat selubung menetap atau yang dapat
dibawa-bawa (Suwignyo dkk.,2005).
D.
Reproduksi dan Daur Hidup
Reproduksi pada Cacing laut (Nereis
sp.), terjadi baik secara aseksul maupun seksual. Reproduksi seksual terjadi dengan cara
pertunasan dan pembelahan, namun kebanyakan hanya melakukan reproduksi secara seksual saja dan biasanya pada dioecious. Pada dasarnya hampir semua menghasilkan
gamit, namun pada beberapa jenis hanya beberapa ruas saja. Pada beberapa jenis cacing dengan gamit yang
telah matang akan berenang menjadi cacing pelagis, setelah tubuhnya koyok-koyok
dan gamit berhamburan di air laut maka cacing tersebut mati, pembuahan terjadi
di air laut (Suwignyo dkk.,
2005)
Cacing tanah adalah hermafrodit dengan
alat kelamin jantan dan betina pada bagian ventral atau ventro lateral. Cacing dewasa kelamin ditandai dengan adanya
klitelium (seperti cincin atau pelana berwarna muda mencolok melingkari tubuh
sepanjang segmen tertentu) pada umur 2,5 bulan.
Untuk menghasilkan telur fertil, cacing harus mencari pasangan dansalng menukar sperma yang akan membuahi
sel telur. Pembuahan akan terjadi dalam
masing-masing lubang kelamin betina.
Setelah pembuahan, sepanjang permukaan klitelium akan mengeluarkan
lendir yang akan mengeras dan bergerak ke belakang terdorong oleh gerak maju
cacing. Pada saat melewati lubang
kelamin betina, telur-telur yang sudh dibuahi akan masuk ke dalam selubung
kokon tersebut. Kokon yang diletakkan
pada kondisi lingkungan yang cocok akan menetas dalam 14-21 hari. Jumlah telur dalam kokon beragam, biasanya
lebih dari 10butir. Tergantung spesies,
cacing dewasa mampu menghasilkan lebih
dari 2 kokon setiap 5-10 hari.
Perhitungan kasar menunjukkan setiap 100 cacing dewasa dalam kurun waktu
satu tahun dapat menghasilkan 100.000 cacing (Anonim, 2006).
E. Makanan
dan Kebiasaan Makan
Cara makan Cacing
laut (Nereis sp.) bermacam-macam sesuai dengan kebiasaan hidupnya,
karnivora, omnivora, herbivora dan adapula yang memakan detritus. Pemakan endapan secra langsung maupun
tidak langsung, secara langsung dengan menelan pasir dan lumpur dalam lorongnya
(sarangnya). Mangsa terdiri dari
berbagai avertebrata kecil, yang
ditangkap dengan pharynx atau probosis yang dijulurkan. Umumnya Cacing tanah (L. terestris) mendapat makanan dengan cara menelan
substrat, dimana bahan organik yang melalui saluran pencernaan akan
dicerna, kemudian tanah beserta sisa
pencernaan dibuang melalui anus. Adakalanya
makanan itu terdiri dari ganggang filamen, detritus atau diatom (Aslan dkk., 2007).
F. Nilai
Ekonomis
Cacing polychaeta merupakan makanan
alami yang baik bagi udang windu (Peneaeus monodon) di tambak, menjadikan warna udang lebih
cemerlang sehingga menigkatkan mutu dan nilai jual udang tersbut (Aslan dkk., 2007).
Dalam bidang pertanian, cacing
menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dalam struktur
tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan
penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik.
Keberadaan cacing tanah akan menigkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman. Selan itu juga cacing tanah dapat digunakan
sebagai bahan pakan ternak karena kandungan protein, lemak dan mineralnya yang
tinggi. Cacing juga merupakan sumber
protein yang berpotensi untuk dimasukkan sebagai bahan makanan manusia seperti
halnya daging sapi atau ayam, Cacing dapat diolah untuk digunakan sebagai
pelembab kulit dan bahan baku pembuat lipstik (Anonim, 2007).
III. METODE
PRAKTIKUM
A. Waktu dan
Tempat
Praktikum ini
dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 3 November 2008 pukul 15.00 – 17.00 WITA. Bertempat di Laboratorium Dasar C Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Haluoleo. Kendari.
B. Alat dan Bahan
Alat
dan bahan yang digunakan pada praktikum ini dapat di lihat pada tabel 3.
Tabel 3. Alat dan bahan yang digunakan pada
praktikum phylum Annelida
beserta kegunaannya.
No
|
Alat dan Bahan
|
Kegunaan
|
A.
1.
2.
3.
4.
B.
1.
2.
|
Alat :
Baki (Disseting - pan)
Pisau (Scapel)
Alat tulis/buku gambar
Kain lap
Bahan :
Cacing tanah (L. terestris)
Cacing laut (Nereis sp.)
|
Tempat meletakkan objek.
Memotong bagian yang diamati.
Menulis dan menggambar objek yang diamati.
Membersihkan meja praktikum.
Sebagai objek yang diamati.
Sebagai objek yang diamati.
|
C. Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada
praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Menyediakan
organisme Cacing laut (Nereis sp.) dan Cacing tanah (L. terestris). 2.
Melakukan pengamatan di Laboratorium dan menggambar bentuk morfologinya.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum ini
adalah sebagai berikut:
1.
Pengamatan pada Cacing
Tanah (L. Terestris)
Keterangan
:
1. Mulut
2. Prostomium
3. Lubang reseptakel
4. Lubang kelamin betina
5. Clitellum
6. Lubang kelamin jantan
7. Setae
8. Anus
Gambar 14. Morfologi Cacing Tanah (L. terestris)
2.
Pengamatan pada Cacing
Laut (Nereis sp.)
`
Keterangan:
1. Mulut
2. Tentakel
3. Mata
4. Pristomium
5. Prostomium
6. Parapodia
7. Setae
8. Anus
Gambar 15. Morfologi
Cacing Laut (Nereis sp.)
B. Pembahasan
Dari pengamatan yang
telah dilakukan telah diketahui bentuk morfologi dari cacing tanah (L. terestris) spesies kelas oligochaeta dan cacing
laut (Nereis sp.) spesies kelas
polychaeta. Sedangkan pengamatan
terhadap anatomi tubuh dari setiap organisme tersebut tidak dilakukan pada
praktikum kali ini. Melalui hasil
pengamatan ternyata kedua spesies dari phylum Annelida ini bentuk morfologinya
tidak jauh berbeda, tubuhnya ditutupi oleh katikula dan bersegmen-segmen. Mulut terdapat pada segmen tubuh yang pertama
dan anus terdapat pada segmen terakhir.
Pada pengamatan cacing tanah (L. terestris) nampak bentuk morfologinya yaitu prostomium,
klitelum, setae, mulut, segmen, dan anus. Menurut Suwignyo dkk.
(2005) bahwa bagian-bagian tersebut
memiliki fungsi masing-masing diantaranya mulut berfungsi untuk membantu
menangkap mangsa. Prostomium berfungsi
sebagai tempat melekatnya organ tubuh bagian luar. Klitelum merupakan epidermis yang menebal dan
menutupi ruas-ruas reproduktif, terutama bagian dorsal sehingga bentuknya
seperti pelana kuda yang berfungsi sebagai pembungkus telur pada saat terjadi
perkawinan/pembuahan. Anus berfungsi
sebagai tempat keluarnya zat sisa atau kotoran-kotoran yang sudah tidak
dibutuhkan lagi di dalam tubuh cacing tersebut.
Pada cacing tanah bergerak menggunakan setae untuk mencengkram atau
membantu proses perkawinan.
Pada pegamatan Cacing laut (Nereis
sp.) nampak bentuk morfologinya yaitu tentakel prostomial, tentakel
peristomial, palpus, mata, prostomium, setae, somit, parapodium, rahang, faring
dan anus. Menurut pernyataan Aslan dkk.
(2005) bahwa mata pada cacing laut (Nereis sp.) berfungsi sebagai
fotoreceptor. Setae pada tiap jenis
berbeda, sehingga biasa dipakai sebagai identifikasi jenis-jenis
polychaeta. Rahang digunakan untuk
memotong ganggang. Anus digunakan untuk
mengeluarkan partikel mineral bersama dengan sisa-sisa pencernaan. Faring digunakan untuk menangkap mangsa yang
biasanya terdiri dari avertebrata kecil.
Parapodium selain berfungsi sebagai alat gerak juga berfungsi sebagai
alat pernafasan bantuan. Prostomium
sebagai alat pertukaran gas, jadi semacam insang. Tentakel berfungsi untuk mendeteksi makanan
dan lingkungan.
Dari struktur tubuh bagian luar, kita
dapat melihat perbedaan antara cacing tanah (L. terestris) dan
cacing laut (Nereis sp.). Hal ini
sesuai pernyataan Suwignyo dkk.,
(2005) bahwa pada cacing tanah (L. terestris) terdapat
klitelum yang merupakan epidermis yang menebal dan menutupi ruas-ruas
reproduktif sedangkan pada cacing laut (Nereis sp.) tidak terdapat
klitelum, selain itu juga kita dapat melihat perbedaannya dimana pada bagian kepala cacing laut (Nereis sp.
) terdapat tentakel prostomial dan
tentakel peristomial sedangkan pada cacing tanah tidak terdapat tentakel. Perbedaan lain yang dapat dilihat juga yaitu
pada Annelida laut memiliki setae yang banyak yang melekat pada parapodia
sedangkan pada Annelida darat jumlah setae sedikit yang melekat langsung pada
bagian tubuh.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan
pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Dilihat dari hasil pengamatan bahwa morfologi
pada cacing tanah (L.terestris) terdiri dari
prostomium, klitelum, setae, mata, mulut, segmen dan anus sedangkan pada cacing
laut (Nereis sp.) nampak bentuk morfologinya yaitu rahang, faring,
tentakel prostomial, tentakel peristomial, setae, segmen, anus, prostomium,
palpus, mata dan parapodium.
2. Perbedaan Annelida darat dan Annelida laut
yaitu pada Annelida darat terdapat klitelum
sedangkan pada Annelida laut tidak terdapat klitelum, selain itu juga
pada Annelida laut terdapat tentakel
yang terletak di bagian kepala sedangkan pada Annelida darat tidak
terdapat tentakel. Perbedaan lain yang dapat dilihat juga yaitu
pada Annelida laut memiliki setae yang
banyak yang melekat pada parapodia sedangkan pada Annelida darat jumlah setae sedikit yang melekat langsung pada
bagian tubuh.
B. Saran
Sebagai praktikan sangat mengharapkan
kepada teman-teman agar pada saat kita melakukan pengamatan semuanya terfokus
pada apa yang diamati, dan melaksanakan kegiatan sesuai yang ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.
2006. Budidaya Cacing Tanah. http://warintek.bantul.go.id/web.php?
Anonim. 2007. Upaya Komersialisasi Cacing Tanah. http://agribisnis.tripod.com-cacing.
Jpg&imgreful.
Aslan, dkk., 2005. Bahan
Ajar Avertebrata air.
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo. Kendari.
Aslan, dkk., 2007. Penuntun
Praktikum Avertebrata air.
Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan. Universitas Haluoleo. Kendari.
Brotowidjoyo,
2001. Zoologi Dasar.
Erlangga. Jakarta.
Romimohtarto dan Juwana. 2001. Biologi Laut. Djambatan.
Jakarta.
Romimohtarto. 2007.
Biologi Laut. Djambatan.
Jakarta.
Suwignyo, S. dkk. 2005. Avertebrata air. Penebar Swadaya. Jakarta.
wow artikel yg bagus sekali ,mampir yuk kak terimakasih
ReplyDeletehttp://cacingsssct.blogspot.com/2018/08/cacing-tanah.html
.
Yuk cek jadwal S128 hari ini
ReplyDeleteKlik >>>>>>> Jadwal S128 12/09/2019
Belum punya akun S128???
Klik >>>>>>> DaftarSabung Ayam
Hubungi Segera:
WA: 087785425244