Tanah di pekuburan umum itu masih
basah ketika para pentakziah sudah pulang.Sementara Fandy masih duduk sambil
sesekali menyeka air matanya.Ibu yang selama ini paling dia hormati dan cintai,
tadi malam telah meninggal dunia, menghadap Tuhan Yang Maha Esa.
Burung – burung camar terbang rendah
dan sesekali mencelupkan paruhnya di air laut.Bu Indri dan suaminya masih
berdiri dibelakang sambil menunggu Fandy.Kedua orang tua asuh itu sangat setia
kepada Fandy.
“Rasanya saya sudah tidak punya siapa
– siapa lagi, Bu,” tiba – tiba Fandy berkata dengan suara agak berat.
Bu Indri memegang lengan Fandy sambl
mengelus rambutnya.“Jangan berkata begitu, anakku.Kami akan menjadi orang tuamu
sampai kapanpun.”
“Sampai saya mandiri ?” desak Fandy.
“Sampai kapan pun. Aku tidak akan
membatasi kamu, sebab pada hakekatnya engkau adalah anakku juga.”
“Maksud Ibu ?” Fandy tidak mengerti.
“Ya, rupanya engkau ditakdirkan untuk
aku asuh dan menjadi anak kami. Tetapi kami bertekad untuk menjadi orang tuamu,
bukan sebagai orang tua asuh.”
Fandy memeluk Ibu Indri.Air mata di
pipinya tak henti – hentinya mengalir sehingga membasahi bajunya.Sementara
suami Bu Indri turut berduka atas kematian Bu Dian.
Sebenarnya Fandy masih ragu – ragu
apakah dia akan ikut Bu Tutik atau bertahan hidup dengan mandiri.Jika dia ikut
Bu Indri,tentu tidak dapat bekerja seperti ketika ia masih hidup bersama
Ibunya.Hal itu menjadikannya manja. Tetapi jika menolak kebaikan Bu Indri,
terasa tidak enak.Pengorbanan Ibu Guru itu sudah sedemikian besarnya.
Dari pengalaman hidupnya selama
ini,banyak hal yang dapat Fandy petik. Ia biasa bekerja keras, tidak suka menggantungkan pada orang lain.Ia
jg bias hidup prihatin sehingga tidak suka berfoya-foya.
‘’Bolehkah saya menjajakan kue lagi,Bu?’’pinta
Fandy kepada Bu Indri. ‘’Buat apa, Fandy?’’
‘’Agar
saya tetap bisa bekerja.’’
Kuras
tidak perlu ,Fandy.Pusatkan perhatianmu untuk belajar.Sebentar lagi eangkau
akan ujian.’’
‘’Tapi,saya
tidak enak kalau menganggur ,Bu’’
‘’Dirumahku
engkau tidak mungkin menganggur.Engkau bisa belajar menggunakan komputer,nonton
TV,dan memelihara kebun.’’
‘’Tapi,
saya akan tidak bekerja,Bu’’
‘’Pada
hakikatnya engkau bekrja juga.Memelihara kebun atau membatuku di rumah juga
bekerja.’’
‘’Jadi,tidak
harus menjajakan kue ,Bu?’’
Bu
indri mengangguk
‘’Kalau
begitu ,tolong carikan pekerjaan yang bisa saya lakukan.’’
Bu indri tersenyum.
‘’Jangan
khawatir.’’
Bu indri ternyata dapat memenuhi harapan
fandy.Banyaknya pekerjaan yang dapat dilakukan Fandy.Misalnya,memelihara kebun
mangga,maencatat keluar masuknya barang,dan sebagainya.
Kali ini Fandi tidak kalah
sibuknya dengan sewaktu berada di desa neleyan.Bahkan mungkin boleh dikatakan
sangat sibuk.Pekerjaan di rumah Bu indri tidak hanya satu, melainkan sangat
banyak.Walaupun begitu, Bu Indri tidak pernah memaksa Fandy untuk bekerja.Semua
itu hanya semata – mata menuruti keinginan Fandy.
No comments:
Post a Comment