SUGENG SANTOSO
A1D2
10 066
PENDAHULUAN
Puisi adalah suatu bentuk ekspresi dari pengalaman imajinatif yang di susun sedemikian rupa sehingga mampu menimbulkan kesan artistic atau estetik.Dalam hal menganalisis puisi, bahasa merupakan medium utama dari karya sastra.Bahasa sebagai ujaran yang di hasilkan dari alat ucap manusia mengandung suatu kekuatan tanda atau makna di
dalamnya.Kekuatan tanda itu muncul dari hubungan tanda dengan tanda(sintaksis), hubungan tanda dengan maknanya(semantik), dan hubungan tanda dan pengguna (pragmatik).
Semiotik atau semiologi merupakan terminology
yang merujuk pada ilmu yang sama. Istilah semioloi lebih banyak di gunakan di
eropa sedangkan semiotic lazim di pakai oleh ilmu Amerika. Semiotik modern
mempunyai dua pakar terkenal yaitu Charles Shander
Peirce dan Ferdinan
de sausure. Peirce
mengusulkan kata semiotic yang sebenarnya telah di gunakan oleh ahli filsafat jerman Lambert pada abad (XV II) sebagai sinonim kata logika. Dengan mengembangkan teori semiotic, peirce memusatkan perhatian pada fungsinya tanda pada umumnya.Ia memberi tempat penting pada tanda-tanda linguistik , meskipun bukan hal yang
utama. Sebaiknya seusure mengembangkan dasar-dasar teori linguistic umum. Kekhasan teorinya terletak pada kenyataan bahwa ia menganggap bahasa sebagai system tanda, dalam hal ini ia mengusulkan kata
semiologi. Sausure menguraikan secara panjang lebar bahwa bahasa adalah system tanda dan tanda merupakan kesatuan antara dua aspek yang tak terpisahkan satu sama lain signifikan atau penanda dan signife atau petanda. Sebenarnya tidak ada perbedaan penting antara kata semiotic dan semiologi hanya saja keduanya mengacu pada orientasi yang berbeda.
B.KAJIAN TEORI
Dalam mengkaji puisi “PANTAI KATEMBE “saya mencoba menggunakan teori dari Michael Riffaterre yaitu pendekatan Semiotik.
Untuk memberi makna secara semiotic, pertama kali dapat di
lakukan dengan pembacaan heuristic dan hermeneutik(Riffatere,1978:5-6).Konsepini
di tertapkan sebagai langkah awal dalam usaha untuk mengungkapkan makna dan fenomena yang
terkandung dalam jelita senandung hidup.
MenurutRiffaterre,(1978:5)
pembacaan heuristic
merupakan pembacaan tingkat pertama untuk memahami sebuah makna puisi secara linguistik, sedangkan pembacaan hermeneutic
merupakan pembacaan tingkat kedua untuk menginterpretasikan makna secara utuh. Dalam pembacaan ini, pembaca lebih memahami apa yang sudah diabaca untuk kemudian memodifikasi pemahamannya tentang hal itu.
Menurut sentosa (2010:231), bahwa pembacaan heuristic adalah pembacaan yang di
dasarkan pada konfensi bahasa yang bersifat mimetic(tiruanalam) dan membangun serangkai anarti yang heterogen, berserak-serakan atau gramatikal. Hal ini dapat terjadi karena kajian di dasarkan pada pemahaman arti kebahasan yang bersifat lugas atau berdasarkan arti demotatif dari suatu bahasa.Sedangkan pradopo (2010:135) member defenisi pembacaan heuristic yaitu pembacaan berdasarkan konvensi sistem semiotic tingkat pertama.
Hermeneutik adalah teori tentang bekerjanya pemahaman dalam menafsirkan teks
(RicoeruldalamIkhwandkk 2010 151). Menurut santoso (2004:234)
pembacaan heuristic adalah pembacaan yang bermuara pada di temukannya satuan makna puisi secara utuh dan terpadu. Pradopo(2010:137) mengartikan pembacaan hermeneutic adalah pembacaan berdasarkan konvensi system
semiotic tingkat kedua (maknakonotasi). Pada tahap ini, pembaca harus menilai kembali dan membandingkan hal-hal yang telah di
bacanya pada tahap pembaca heuristic.Dengan cara demikian ,pembaca dapat mendefikasi pemahamannya dengan pemahaman yang terja di dalam pembacaan hermeneutic.
PANTAI
KATEMBE
Aku di
sini lagi
Di
pantai yang mengarsir setiap tuturmu
Dulu,
kitanmasih kanak-kanak
Kau
buat benteng-benteng dengan pasir
Yang segera di ambil pintunya oleh
ombak yang mengemis
Kau bilang, “ia penjahat yang mau menyerang kita”
Kau memelukku. Takut kataamu
Dulu kita masih sangat riangnya
Di pantai ini kau tunjuk setiap burung yang merendah
Dan kau katakan “ia uku dan itu kau”
Sambil tersenyum kau cubit pipiku.bagus, katamu
Dulu kita masih sama girangnya
Kau panggili nelayan yang entah jauhnya
Dan dinding batu itu memantulkan suaramu
Kau katakan “mereka membantu kita”
Berkali-kali kau teriakan panggilanmu
Sambil berjingkat kau tarik tanganku
Dengarkan, katamu
Ah, dulu kita masih polos-polosnya
Kau punguti kerang yang bermacam jenisnya
Kau katakan,”aku yang perak dan kau yang bening”
Kau pasangkan setiap jenisnya, sambil menderet gigimu
Yang copot bagian depannya
Cocok, katamu
Sekarang aku di pantai ini
Mengeja setiap arsiran tuturmu
Gu, 2001
PEMBAHASAN
Pantai katembe adalah sebuah
sebuah pantai yang terletak di suatu daerah di kota Buton, tepatnya di Gu.
Pantai katembe dijadikan ikon daerah tersebut. Di jadikan ikon karena keindahan
pantai ersebut.
Pada bait pertama, sang
penyair menulis puisinya ketika ia berada di pantai katembe. Pada saat itu ia
sedang mengenang seseorang yang penting dalam hidupnya.ia mengingat tentang
masalalunya di daerah tersebut saat ia sering bermain di tempa itu dengan teman
kecilnya.
Pada bait kedua, penyair
mulai menceritakan tentang dirinya yang pada saat itu ia masih kanak-kanak.pada
saat itu penyair bersama tokoh “kau” sedang asik bermain bersama di pantai
katembe. Mereka membuat sebuah benteng dari pasir dan benteng tersebut akan
mudah hancur di tterpa oleh ombak. Hal ini mencerminkan kaau seseorang tidak
kuat iman atau pendiriannya dia akan mudah dihasut atau terjerumus oleh hal-hal
yang tidak baik.
Pada baik ketiga, pada bait
ini penyair membawa pembaca kembali pada masalalunya yang sanyat bahagia di
pantai kattembe. Penyair menceritakan tentang kedekatan ia dengan tokoh kau,
Pada bait keempat, penyair
menceritakan tentang kesenangan dirinya dan tokoh kau saat bermain di pantai
katembe. Pada saat itu tokoh kau berteriak memanggil nelayan yang entah dimana
keberadaanya,mencirikan tentang angan-angan seseorang yang mungkin mustahil
untuk dicapai, tetapi kita tidak dilarang untuk memiliki angan-angan atau
keinginan yang mustahil karena tidak ada yang tau masadepan seseorang itu
seperti apa. Disini dijelaskan juga dinding batu itu memantulkan suara tokoh
kau, ini mencirikan apbila kita melakukan suatu perbuatan maka kita pasti akan
mendapan hasil dari apa yang kita perbuat, entah itu baik ataupun buruk.
Pada bait kelima, penyair
kembali mengisahkan bahwa peristiwa ini terjadi pada masa lalu. Pada bait ii
pula kita dapat memperkirakan usia penyair dan tokoh kau pada saat itu berada
pada usia 5-7 tahun.mengapa demikian, karena pada usia seperti itulah anak-anak
mulai melalui masa pergantian gigi.
Pada bait keenam atau bait
terakhir, penyair menegaskan kembali bahwa ia menulis puisi ini pada saat ia
berada di pantai katembe. Ia mengingat kembali apa yang telah di ucapkan oleh
tokoh kau dan kemudian dituangkan menjadi sebuah puisi.
1.
Indeks
Indeks puisi ini terdapat pada bait ke empat, indeks
tersebut terdapat pada larik ke dua dan ke tiga. Larik tersebut ialah “kau
panggil nelayan yang entah jauhnya” dan “dan dinding batu itu memantulkan
suaramu”. Sebab akibatnya adalah apabila kita melakukan sesuatu pasti kita akan
mendapatkan balasannya, entah itu baik maupun buruk tergantung apa yang kita
lakukan.
2.
Ikon
Ikon yang terdapat pada puisi ini adalah “pantai
katembe”, dijadikan ikon karena pantai katembe dijadikan ikon suatu daerah yang
terdapat di daerah buton, tepatnya di Gu.
3.
Simbol
Ada beberapa simbol yang terdapat pada puisi ini,
simbol-simbol itu ialah:
-
benteng-benteng,
-
dinding batu,
-
karang,
PENUTUP
a.kesimpulan
kesimpulan yang saya ambil
dari puisi “pantai katembe” adalah
menceritakan tentang seseorang yang mengingat masalalunya di waktu kecil
bersama seseorang dengan dijuluki tokoh kau. Disini ia menceritakan
kegembiraannya pada masa lalu yang dialami di pantai katembe. Disini pengarang
terlihat seoerti sangat merindukan tikoh kau dan ia sangat bangga pada daerah
tesabut, dan di ppantai katembe adalah kampung halamannya.
b.saran
adapan saran yang dapat saya sampaikan adalah kita tidak
boleh melupakan segala sesuatu yang kita telah lakukan karena pengalaman adalah
guru terbaik dalam hidup kita. Dengan demikian kita tau apa yang kita akan
perbuat,baik buruknya kita dapat mempertimbangkannya. Kita tidak boleh
melupakan kampung halaman karena disanalah kenangan yang terindah kita lalui.
DAFTAR PUSTAKA
Ibrahim, irianto.
Framepublishing, kendari, 17 maret 2010.
Michael,sande,Charles,
Teeuw, 1984:47.
Saussure,Ferdinand, de,
van zoest,1992:2.
Riffatere, dalam bukunya
Semiotics Of Poetry (1978).
No comments:
Post a Comment